Kisah Pelajar Indonesia Puasa di Tengah Krisis Suriah

Anak-anak bermain di Aleppo, Suriah, saat perayaan Idul Adha, 4 Oktober.
Sumber :
  • REUTERS/Mahmoud Hebbo
VIVA.co.id
Meriahnya "The Show Live On Tour 2024", Niall Horan Siap Manjakan Penggemarnya di Indonesia
- Bulan Ramadhan kembali menyapa umat Muslim. Namun, warga Suriah tak bisa menikmati Ramadhan yang damai seperti penduduk di belahan dunia lainnya. 

PSSI Minta Maaf Usai Komentar Rasis Serbu Instagram Federasi Sepakbola Guinea
Ini menjadi Ramadhan kelima yang harus dihadapi warga Suriah dalam kondisi krisis dan pemberontakan. Pengalaman serupa turut dirasakan oleh 27 pelajar Indonesia yang masih bermukim di sana. 

Kaget Lihat Jumlah Daihatsu Xenia yang sudah 20 Tahun di Indonesia
Menurut salah satu mahasiswa pasca sarjana di Universitas Kuftaro, Ahsin Mahrus, sebelum krisis menerpa Suriah, warga bebas bepergian ke mana pun dan jam berapa pun. 

"Bahkan, anak-anak bermain bola di lapangan hingga larut malam di musim panas ini. Tidak ada orang yang bertanya, siapa dan maksud kita apa," kata Ahsin seperti dikutip dalam keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri VIVA.co.id pada Minggu, 21 Juni 2015. 

Kalau sekarang, Ahsin melanjutkan situasinya ngeri. "Keluar malam, kita akan dicurigai. Ditanyai macam-macam oleh tentara di titik perbatasan," Ahsin menambahkan. 

Sementara, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Suriah, Ahmad Fuadi Fauzi, mengenang dulu sebelum krisis, dia dan teman-temannya berkeliling dari satu masjid ke masjid lainnya di ibukota Damaskus. Tak jarang jelang berbuka, mahasiswa berburu makanan untuk berbuka yang enak di beberapa masjid tertentu. 

"Apalagi warga Damaskus terkenal dermawan kepada pelajar asing. Pulang tarawih, kadang dikasih uang," kata Fuadi. 

Tetapi, tidak ada lagi kondisi seperti itu. Kesulitan ekonomi menjadi faktor utama. Beberapa masjid yang dulu jadi langganan pelajar berburu makanan sudah dikuasai oleh pemberontak, baik dari kelompok Free Syrian Army, Islamic State of Iraq and Al Sham (ISIS), Jabhat al-Nushra atau kelompok lain. Faktor keamanan yang rawan membuat mereka tidak memungkinkan untuk bepergian terlalu malam. 

Cerita itu terungkap ketika KBRI Damaskus menyelenggarakan acara buka puasa di lobi KBRI Damaskus dengan mengundang seluruh staf dan para mahasiswa pada Kamis kemarin. Ramadhan tahun ini jatuh di musim panas. Artinya, warga Suriah berpuasa sekitar 16,5 jam. 

Subuh dimulai dari pukul 04.30 dan Maghrib pukul 20.00. Sementara, salat Isya baru dimulai pukul 21.30 dan tarawih selesai sekitar jam 23.00. Jelang tengah malam, warga baru tiba di rumah. 

Acara buka puasa turut dihadiri oleh Duta Besar RI untuk Suriah, Djoko Harijanto. Menurut Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Damaskus, AM Sidqi, acara buka puasa diadakan sebagai sarana untuk silahturahmi antar WNI. 

"Dengan kumpul dan bergembira seperti ini, kami sejenak melupakan kondisi krisi yang melanda Suriah, tanpa lupa mendoakan agar kedamaian segera terwujud di Bumi Syam ini," kata Sidqi. 

Rencananya, KBRI Damaskus akan merencanakan acara buka puasa sebanyak empat kali di bulan Ramadhan. 

Dari data yang dimiliki oleh KBRI, sebanyak 27 orang pelajar itu terdiri dari tingkat SMA hingga pasca sarjana. Sebelum krisis menerpa Suriah, total pelajar RI mencapai 250 orang. Namun, akibat krisis yang berkepanjangan, Pemerintah RI memulangkan mereka secara bertahap. Indonesia juga memberlakukan moratorium pengiriman tenaga kerja ke Suriah sejak September 2011. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya