Ramadhan, Akik Banjir Pesanan

Slamet, pengrajin akik khas Semarang.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dwi Royanto
VIVA.co.id
Patung Yesus dan Bunda Maria di Gereja Klaten Dirusak
- Jelang Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah, penjualan batu akik berbagai jenis mengalami peningkatan drastis. Di Kota Semarang, Jawa Tengah, jenis batu akik asli Kota Lumpia bahkan meningkat 300 persen dibandingkan hari-hari biasanya.

Tanah di Banjarnegara Masih Terus Bergerak

Slamet (41), salah satu perajin batu akik asli Kota Semarang mengaku kebanjiran order selama bulan Ramadhan dan jelang lebaran. Tak hanya warga lokal, peminat batu akik di tempatnya bahkan sudah mencapai pasar mancanegara seperti Malaysia.
Banjarnegara Kembali Longsor, 158 Jiwa Mengungsi


"Untuk bulan Ramdhan ini, ada salah satu pengusaha asal Malaysia yakni Datuk Mohammad sudah pesan 500 biji batu akik khas Semarang. Saya baru bisa kirim 230 biji saja," kata Slamet saat ditemui VIVA co.id di lapaknya di Jalan Tambra Dalam II no. 25 Kelurahan Kuningan Semarang Utara, Selasa 23 Juni 2015.


Jika biasanya dalam sehari dirinya hanya mendapatkan order antara 30-50 biji saja, tetapi kali ini, sejumlah wilayah provinsi lain sudah memesan hingga ribuan batu akik kepada Slamet.


"Seperti Batam sudah persan 170 biji, Gorontalo dan Surabaya 200 biji, Majalengka 200 biji dan Malaysia 500 biji," ucap bapak tiga anak itu.


Banyaknya pemesanan di bulan Ramadhan, menurutnya karena banyak orang memanfaatkan batu akik sebagai cindera mata di hari Lebaran nanti. Apalagi jenis batu Galih Asem dan Galih Kelor yang merupakan produk asli Semarang yang kini sudah banyak dikenal dalam lingkup nasional.


"Untuk akik Galih Asem dan Kelor saya jual per bijinya Rp 200-300 ribu saja," imbuh dia.


Keunikan batu akik jenis ini, lanjut dia, karena bahan yang dipakai merupakan jenis kayu Asam yang merupakan awal mula penamaan Kota Semarang oleh tokoh penemu pertama yakni Ki Ageng Pandanaran. Konon, nama Semarang berasal dari dua kata yakni 'Asem' dan 'Arang' (pohon Asam yang langka).


Dalam perjalanannya, Ki Ageng Pandanaran yang dikenal dengan Sunan Pandanaran diminta hijrah ke Tembayat oleh Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam. Diberilah sebuah tongkat bernama Galih Asem yang terbuat dari pohon Asam. Namun, di tengah perjalanan, Sunan Pandanaran dihadang oleh tiga orang rampok. Hingga akhirnya ketiga rampok itu dikalahkan dengan menggunakan tongkat tersebut.


Sebagai orang pertama yang mempopulerkan batu akik khas Kota Lumpia, Slamet mengaku mendapatkan bahan baku batu sejak 1998 lalu dari salah satu lokasi di perbatasan Semarang-Kendal.


"Dulu belum musim batu. Tapi sekarang bongkahan-bongkahan itu saya buat dan hasilnya bagus. Harapannya, ini menjadi awal Kota Semarang ikut serta berpartisipasi dalam hal batu," katanya.


Kentalnya nilai historis batu Galih Asem dan Galih Kelor ini bahkan diyakini mempunyai khasiat tersendiri, menurut mereka yang percaya ilmu kebatinan.


"Banyak orang percaya batu khas Semarang ini mampu menangkal santet. Tapi karena bentuknya yang indah, banyak juga yang memakainya sebagai cinderamata dan oleh-oleh menarik," kata Slamet.


Maraknya permintaan batu jelang Lebaran,  Slamet dan empat perajin yang bekerja di tempatnya kini harus memoles batu hingga ratusan. Seorang tukang per harinya bahkan mampu membuat 30 biji batu akik siap kirim.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya