Sumber :
- iStock
VIVA.co.id
- "Jangan membuat saya marah, jangan bikin puasa saya batal." Kata-kata itu seringkali keluar dari mulut seseorang, yang merasa emosi dan terusik ketika sedang menjalankan ibadah puasa.
Ya, seperti diketahui, Ramadhan bukan hanya dianggap sebagai bulan suci atau tentang berpantang dari makanan, minuman atau aktivitas seksual dari fajar hingga senja selama satu bulan.
Baca Juga :
ISIS Eksekusi 94 Pelanggar Selama Ramadhan
Baca Juga :
Tol Cipali Ramai Lancar, Macet Awal dan Ujung
"Kemarahan adalah reaksi manusia normal, tetapi sebagian besar waktu kemarahan seseorang muncul di waktu yang salah," ujar Dr. Roghy McCarthy, psikolog klinis seperti dilansir
Al Arabiya.
Roghy mengatakan, biasanya kemarahan terkait dengan neurobiologi dari tubuh. Misalnya, jika seseorang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga, ketika ia berpuasa atau merasa lapar, gula mereka turun sehingga mereka mudah emosi.
"Bahkan, hal ini sering menyebabkan kecelakaan.Tubuh pun merasa stres sehingga orang mudah kehilangan kemampuan untuk berpikir dengan benar atau untuk fokus," tambah Roghy.
Konsultan Psikiater dari Abu Dhabi, Khalid Mahmud, pun menambahkan, ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap memuncaknya emosi seseorang saat berpuasa.
"Yang utama adalah perubahan pola tidur sehingga orang tetap terjaga sampai pagi dan ini menyebabkan kelelahan dengan konsentrasi dan perhatian lebih pada siang hari," kata Khalid.
"Selain itu, gula darah rendah dapat menyebabkan perubahan konsentrasi dan perhatian, karena itu orang harus mengonsumsi makanan sahur seimbang sebelum Subuh," tambah Khalid.
Alasan lain yang menyebabkan seseorang sering merasa emosi di bulan suci adalah perubahan jam kerja selama bulan suci, khususnya di sektor pelayanan kesehatan dan darurat. (one)
Halaman Selanjutnya
Al Arabiya.