Alasan Pemerintah Tak Perlu Alergi dengan Bank Asing

Perbankan
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - ā€ˇPresident Director Center for Banking Crisis Achmad Deni Daruri menilai, persamaan perbankan dan day care adalah sama-sama merupakan jasa penitipan. Orangtua tidak akan menitipkan anaknya kepada maling anak.

Setelah Malaysia, Bank Mandiri Rambah Filipina dan Vietnam

Ditegaskannya dalam keterangan tertulisnya, Kamis 25 Juni 2015, pada krisis 1998, aset bank dibawa kabur oleh pengelola bank, karena bobroknya bank milik pemerintah. Saat itu, bank asing justru selamat dari krisis tersebut.

Mahathir Mohammad, menurutnya, pernah mengatakan bahwa Melayu mudah lupa. Saat ini, di Indonesia hanya bank asing yang memiliki kemampuan meningkatkan modal, sedangkan pemerintah tidak memiliki kemauan untuk meningkatkan permodalan bank-bank milik pemerintah, sebab takut dilusi.

Jika pemerintah menyadari masalah ini, kata Deni, pemerintah tidak perlu alergi terhadap bank asing. Contoh yang paling gampang adalah Singapura, di mana negara itu membuka masuknya bank asing tanpa batas kepemilikan, karena diinterpolasikan untuk memberikan jasa kepuasan bagi masuknya human capital (modal manusia) kelas dunia.

Mandiri Siapkan 300 Juta Ringgit Bangun Cabang di Malaysia

"Jadi rencana Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara) untuk melindungi bank pemerintah, dengan mematok kepemilikan asing hanya sebesar 40 persen adalah langkah bunuh diri untuk membonsai human capital di Indonesia. Himbara jelas berpikiran sangat sempit," ujarnya.

Bukan hanya itu, lanjutnya, bank-bank asing dari negara maju justru menghidupkan sistem pembayaran di Singapura, melalui pengumpulan tabungan di negara asal mereka (bukan di Singapura), namun mereka menggelontorkan kredit kepada sektor-sektor ekonomi strategis di Singapura, seperti sektor bioteknologi, serta sektor petrokima yang sangat sarat modal.

"Pemikiran proteksi bagi bank milik pemerintah yang ada di Indonesia, semakin membuktikan bahwa bank-bank tersebut memiliki komisaris, direksi dan manajemen yang secara relatif human capital-nya lebih rendah ketimbang eksekutif yang sama yang ada di bank milik pemerintah Singapura," tutur Deni.

Dengan mencontoh Singapura, kata dia, jika pemerintah Indonesia ingin memperbaiki kualitas human capital di Indonesia, termasuk human capital di sektor perbankannya, tak ada pilihan bahwa kehadiran bank-bank asing dengan kepemilikan modal 100 persen harus disambut dengan baik.

Bank BNI

Jika Menguntungkan, BNI Kaji Buka Cabang di Malaysia

Saat ini BNI fokus pada jaringan kantornya di Myanmar.

img_title
VIVA.co.id
4 Agustus 2016