Masuki Awal Juli, IHSG Rawan Koreksi

Aktivitas di Bursa Efek Indonesia
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta
VIVA.co.id
Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November
- Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Rabu 1 Juli 2015, diperkirakan bergerak bervariasi. Namun, rawan terkoreksi mengingat pasar masih diliputi sejumlah sentimen negatif memasuki paruh kedua tahun ini.

IHSG Diproyeksi Naik, Ini Pendorongnya

Analis First Asia Capital, David N Sutyanto, mengatakan pasar tengah menanti inflasi Juni yang diperkirakan lebih tinggi dari bulan sebelumnya, yakni sebesar 0,5 persen.
Cari Pemain Saham Baru, BEI Gandeng Indosat dan Trimegah


Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Juni akan mencapai 0,6 persen secara bulanan dan 7,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"IHSG diperkirakan bergerak dengan support (batas bawah) di 4.890 dan resisten (batas atas) di 4.940, tetapi rawan koreksi," ujar David, kepada
VIVA.co.id
, Rabu. 


David menuturkan, perdagangan saham akhir Juni kemarin ditandai aksi
window dressing
pelaku pasar.


Adapun, aksi
window dressing
adalah strategi yang dilakukan oleh investor institusi pada akhir perdagangan kuartalan atau tahunan. Tujuannya, mengangkat harga saham sehingga kinerja portofolio yang dimilikinya tampak baik di mata publik.


Sejumlah saham sektoral berhasil tutup di teritori positif di tengah meningkatnya risiko pasar global akibat krisis utang Yunani.


IHSG berhasil tutup di atas level 4.900 yakni di 4.910,65 atau menguat 28 poin (0,6 persen) setelah sempat menguat 47 poin.


"Penguatan IHSG kemarin sejalan dengan pergerakan bursa saham Asia yang juga berhasil tutup di teritori positif. Sejumlah saham unggulan seperti saham PT Astra International Tbk dan  PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menjadi penopang penguatan indeks," tuturnya.


Bila dilihat sepanjang Juni 2015, kata David, IHSG terkoreksi 5,86 persen dan rupiah melemah hampir 1 persen di Rp13.322 per dolar Amerika Serikat.


Sepanjang Juni lalu pasar menghindari aset berisiko menyusul meningkatnya risiko pasar global, seperti ditandai dengan krisis utang Yunani dan kekhawatiran kenaikan tingkat bunga The Fed.


Sedangkan dari domestik, perkembangan ekonomi cenderung memburuk ditandai dengan kenaikan inflasi, depresiasi rupiah, dan anjloknya kinerja ekspor.


Kombinasi faktor eksternal dan internal tersebut memicu berlanjutnya arus dana asing yang keluar dari pasar saham.


Sepanjang Juni lalu, penjualan bersih asing mencapai Rp4,5 triliun. Sepanjang paruh pertama tahun ini penjualan bersih asing mencapai Rp11,7 triliun, serta IHSG dan nilai tukar rupiah atas dolar AS dalam periode yang sama masing-masing anjlok 6 persen dan 7,2 persen.


Sementara itu, bursa saham global tadi malam tutup bervariasi. Bursa zona Euro masih melanjutkan koreksi, indeks Eurozone terkoreksi 1,29 persen di 3424,30.


Sedangkan di Wall Street, indeks Dow Jones dan S&P berhasil
rebound
terbatas masing-masing menguat 0,13 persen dan 0,27 persen, tutup di level 17.619,51 dan 2.063,12.


Sepanjang paruh pertama 2015, indeks Dow Jones terkoreksi 1,14 persen dan indeks S&P
flat
hanya menguat 0,2 persen.


"Kekhawatiran pasar terhadap gagal bayar utang Yunani rendah dan indeks kepercayaan konsumen Juni yang naik ke 101,4 di atas ekspektasi 97,1 berhasil membuat Wall Street
rebound
tadi malam," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya