Ilmuwan Temukan Teknik Forensik Baru Tentukan Waktu Kematian

Ilustrasi/mayat
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
Begini Rupa Api Jenis Baru
- Sebuah metode baru untuk memperhitungkan waktu kematian seseorang telah dikembangkan oleh para peneliti. Tes baru itu dipercaya bisa dengan tepat menentukan kapan waktu kematian seseorang, bahkan setelah 10 hari meninggal.

Jawaban Rasul Saat Diberi Pilihan Kekayaan atau Kematian

Saat ini, waktu kematian seseorang bisa dilihat dengan mengukur suhu tubuh inti, yang hanya bekerja selama 36 jam, atau 3 hari setelah seseorang meninggal. Untuk menciptakan metode baru itu, tim ilmuwan Austria mengukur pecahan protein otot dan enzim dalam tubuh babi yang sudah mati.
Tujuh Hal yang akan Terjadi Setelah Kematian


Ilmuwan mengklaim jika otot babi memiliki pola yang sama dengan otot manusia. Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan metode baru yang bisa diaplikasi ke dunia forensik untuk mengestimasikan waktu kematian manusia, khususnya korban kejahatan.


"Kumpulan protein yang membentuk otot kita ukurannya cukup besar. Molekul yang kusut terurai menjadi bagian-bagian yang lebih kecil setelah kita mati. Oleh karena itu, kami meneliti bagaimana protein otot dan enzim bisa pecah dan berkurang di tubuh babi. Protein menunjukkan tanda yang berbeda dari degradasi, pada waktu-waktu tertentu saat kematian," ujar Dr. Peter Steinbacher, ketua tim peneliti dari University of Slazburg, seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat 3 Juli 2015.


Steinbacher dan koleganya menemukan, beberapa protein seperti tropomyosin dan actinin, tidak menunjukkan adanya degradasi sampai kematian berusia 240 jam. Ini artinya, dengan mengetahui senyawa apa saja yang sudah terpecahkan di kemudian waktu, peneliti bisa mengkalkulasi waktu kematian seseorang.


"Sepertinya semua protein otot bisa dideteksi perubahannya dalam kurun waktu tertentu. Inilah yang bisa menggambarkan dan menganalisa tahap dan jam-jam kematian," ujar Steinbacher.


Steinbacher mengatakan bahwa, dia dan timnya telah mulai melakukan uji coba pada jaringan tubuh manusia. Mereka mengklaim, hasilnya cukup menjanjikan.


"Kami bisa mendeteksi perubahan yang sama dan produk degradasi di jaringan otot manusia, seperti halnya studi kami yang melibatkan babi," katanya.


Mereka mengklaim, menggunakan jaringan otot pada analisa post-mortem (menganalisa sel jaringan yang keluar setelah kematian), merupakan pendekatan baru dan dianggap memiliki berbagai kelebihan.


"Pertama, jaringan otot merupakan jaringan paling tebal yang ada di tubuh manusia sehingga bisa digunakan sebagai sampel dengan mudah. Kedua, protein dalam jaringan otot cukup dikenal. Ketiga, metode baru yang dikembangkan ini sangat mudah dan hasilnya bisa didapatkan dalam satu hari," kata Steinbacher.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya