Ramadhan Berkah bagi Perajin Lampion

Perajin lampion
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daru Waskita

VIVA.co.id - Tradisi takbir keliling menjelang perayaan Idul Fitri hingga saat ini masih dilakukan sebagian besar masyarakat. Tak hanya tradisi, saat ini juga banyak digelar lomba takbir keliling.

Hal itu, ternyata memberi berkah tersendiri bagi perajin lampion di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Untuk memenuhi permintaan pasar, perajin lampion harus menggenjot produksinya, bahkan berani menyetok lampion hingga 2.000 unit.

Miliarder Sara Blakely Berbagi Nasihat Bisnis Terbaiknya

"Saya menyiapkan sekitar 2.000 lampion dengan berbagai model untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin banyak, satu pekan sebelum Lebaran," kata Nurkolis (34), perajin lampion dari Dusun Pedak, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Senin, 6 Juli 2015.

Ramadhan tahun 2014 lalu, kata Nurcholis, dia hanya berani menyetok sekitar 1.500 lampion. Tapi, Lebaran tahun ini permintaannya cukup banyak. "Ada tambahan sekitar 500 lampion untuk stok menjelang tradisi takbiran mendatang," ujarnya menambahkan.

Tak Selesai Kuliah, Ahmed Haider Ciptakan Aplikasi Drone

Menurut dia, membuat lampion telah dijalani sejak tahun 2005 dengan bahan dari kertas, tetapi dalam perkembangannya menggunakan gabus. "Awal ide membuat lampion berawal ketika dahulu sering membuat hiasan dari sterefoam. Dari kreativitas itu dikembangkan dengan membuat lampion," ujarnya.

Untuk menarik perhatian, terutama bagi anak-anak, bentuk lampion pun bermacam-macam mulai dari tokoh-tokoh kartun, pesawat, helikopter, masjid, dan lainnya. "Setiap satu lampion biasa saya jual kepada pedagang dalam kisaran Rp6.000 hingga Rp7.000. Untuk lampion yang ada lampunya, harganya Rp15 ribu. Namun ketika sampai di tangan pedagang harga bisa mencapai Rp20-25 ribu," ujarnya menambahkan.

Kisah Shelby Clark Temukan Ide Aplikasi Penyewaan Mobil

Nurkolis mengaku, tak hanya pedagang yang membeli langsung hasil karyanya, tetapi beberapa pengurus masjid terkadang memesan lampion dalam jumlah banyak untuk lomba takbir. "Pengurus masjid biasanya membeli dalam jumlah cukup besar karena peserta lomba sangat banyak," ujarnya.

Nurjanah, istri dari Nurkolis mengatakan, mengerjakan lampion ini hanya dilakukan setiap satu tahun sekali menjelang takbiran. "Ya, cuma setahun sekali dan dikerjakan bersama suami," katanya.

Menurut dia, selain seterofoam, bahan lain yang digunakan adalah cat tembok, plastik mika, kardus, dan bambu yang digunakan untuk pegangan. "Dalam sehari mampu membuat 20 hingga 25 lampion. Itu kalau prosesnya dari awal hingga finishing," ujarnya menerangkan.

Nurjanah mengatakan, meningkatnya permintaan lampion ini menjadi berkah dan dapat membelikan baju baru bagi anak dan keponakan. "Ya, ini berkah Ramadhan."

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya