Taubatnya Si Anak Band

Berry Manoch
Sumber :
  • Facebook Berry Manoch
VIVA.co.id
Menteri ESDM: Tak Ada Gangguan Energi Selama Libur Lebaran
- Dunia anak band seringkali identik dengan minuman keras, pesta narkotika serta obat-obatan terlarang. Karena kondisi ini, dunia anak band seringkali dianggap kelam dan mampu menjerumuskan seseorang ke dalam lubang kemaksiatan.

H+5 Cilacap Menuju Brebes Macet Total di Ajibarang

Meski tak selamanya hal itu benar, namun musisi yang juga pernah bergabung di The Rollies, almarhum Gito Rollies, semasa hidup pernah mengakui kesuksesan sebagai anak band sempat membuat jalan hidupnya menjadi kelam. Minuman keras dan obat-obatan terlarang, sempat menjadi sahabat karibnya.
808 Tewas Saat Mudik


Tapi beruntung, saat usia kepala empat, ia mendapat hidayah mengubah hidupnya ke jalan yang lebih baik. Pesta pora menggenggam miras ternyata membuat hidupnya selalu dirundung kegelisahan.

Ia pun merasa bersyukur, lewat pemandangan sederhana, melihat sejumlah orang melakukan perjalanan ke masjid dan melaksanakan ibadah salat Jumat, membuat hatinya tersentuh dan membukakan pikirannya untuk bertobat. Gito merasa, masjid bisa menjadi obat penyembuh kegelisahannya.

Dari situ, ia akhirnya memantapkan hati untuk mulai berdakwah. Kegiatan itu dilakoninya sejak awal 1997 hingga akhir hayat.

Kehidupan serupa dilakoni roker terkenal di masanya, Harry Moekti. Hidayah menyapanya. Di akhir tahun 1995, dia memutuskan keluar dari dunia keartisan, dan fokus berdakwah. Bagi Harry, dunia artis adalah dunia yang menyebarkan kemaksiatan. Artis, kata dia suatu kali, dinilai sebagai sarana musuh-musuh Islam untuk menghancurkan generasi mudanya.

Ia pun beranggapan, ketika si penyanyi melantunkan lagu, maka akan menimbulkan suatu gairah bagi pendengarnya. Tak hanya sebatas gairah biasa, namun gairah inilah yang kemudian diisi kemaksiatan.

Kisah taubat Harry Moekti dan Gito Rollies menuju ke jalan yang lebih baik bisa menjadi kisah yang menginspirasi banyak orang. Tapi bukan hanya mereka, sejumlah anak band lainnya seperti Sakti eks Sheila on 7, Rizal eks NOAH hingga vokalis band Saint Loco, Berry Manoch, memilih jalan serupa.

Sakti eks Sheila On 7

Mundurnya Sakti dari dunia hiburan di tahun 2006 lalu sempat membuat terkejut penggemar band Sheila On 7. Keputusan yang tiba-tiba. Apalagi saat itu Sakti ramai diberitakan telah berganti nama menjadi Salman Al- Jugjawy. Penampilannya juga berubah drastis. Dari Sakti yang sering tampil membawa gitar, mengenakan t-shirt dan berambut gondrong, menjadi Sakti yang berjenggot lebat, mengenakan gamis dan kopiah juga menggenggam tasbih.


Keputusan Sakti saat itu sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Ia mantap berhijrah meninggalkan dunia musik yang membuatnya jadi populer dan terkenal. Keinginan itu muncul setelah ia membeli sebuah buku ketika hendak melakukan perjalanan menuju lokasi konser.


Buku itu menceritakan kefanaan dunia dan kekekalan akhirat. Sampai pada bab kematian, sejumlah pertanyaan berkecamuk di benak Sakti.  Ia bahkan sempat membayangkan jika tiba-tiba meninggal dunia di tengah konser di antara teriakan penonton. Ia berpikir akan jadi orang yang merugi jika mati dalam keadaan seperti itu.


Bayangan itu terus menghantui pikirannya bahkan aktivitas hariannya ikut dihantui isi buku tersebut. Karena bayangan-bayangan itu, Sakti jadi sering melamun bahkan kerap melakukan kesalahan saat sesi latihan band sebelum maggung.


Akhirnya di masa keemasan band yang populer dengan lagu Sephia itu, Sakti memilih ke luar dari band yang ia tekuni dan lebih memfokuskan diri untuk mendalami Islam. Tak tanggung-tanggung, tiga negara didatanginya, Pakistan, India dan Bangladesh, semata-mata mencari jawaban atas seluruh pertanyaan yang ada di benaknya, menyelami Islam sebagaimana keinginannya.


Kini kehidupan Sakti alias Salman lebih Islami. Pegangannya saat ini bukan lagi gitar, melainkan tasbih,  Al-quran dan kitab-kitab. Meski begitu, sesekali untuk mengobati kerinduannya pada musik, ia juga masih memetik gitar. Bahkan ia berniat membuat single religi dan berkerja sama dengan beberapa musisi kenamaan.


Namun berdakwah tetap menjadi rutinitas kesehariannya saat ini, terlebih di bulan Ramadhan. Lewat akun Twitternya- @salmansakti, ia sempat berkicau akan mengisi acara syiar bertajuk Obrolan Musisi Hijrah. Acara dakwah itu digelar di Teras Dakwah, Jalan Soro Genen, Nitukan, Yogyakarta pada 12 Juli 2015. Acaranya akan digelar pukul 08.00 hingga 11.30 WIB.


Tak hanya info soal jadwal manggung untuk berceramah yang ia umumkan lewat akun Twitternya, ia juga memanfaatkan media sosial tersebut  untuk memberikan informasi pengetahuan tentang Islam. Sejumlah hadist bahkan sering ia cantumkan.



Rizal eks NOAH

Musisi muda yang memilih mendalami agama sebagai jalan hidup tidak hanya Sakti. Langkah serupa dilakoni penggebuk drum band NOAH, Rizal. Tentu saja bukan keputusan mudah bagi Reza meninggalkan teman-teman yang sudah 14 tahun bersamanya di band yang sebelumnya dikenal dengan nama Peterpan itu.


Namun ia terus meyakini diri bahwa keputusannya sudah tepat."Berat. Sangat berat," kata pria bernama lengkap Ilsyah Ryan Reza itu kepada VIVA.co.id saat diwawancara usai mengisi acara '1000 cerita New Year's Eve' awal tahun ini.


Reza coba teguh kepada pendiriannya. Ia harus keluar demi fokus mengurus kepentingannya yang berada di luar band. Pria berusia 37 tahun itu juga mengaku menahan air mata, saat momen terakhir manggung bersama Ariel cs.


Reza pun menjelaskan, alasannya meninggalkan panggung hiburan. Terang-terangan ia mengaku akan fokus mendalami agama Islam. Pengakuannya ini tentu mengejutkan banyak orang.


“Ke depan, hidup saya lebih (fokus) ke agama. Setelah Januari saya fokus ke saya dulu. Setelah itu Allah yang tentuin, semua jiwa dan dunia bergantung sama Allah,” tutur pria yang memiliki nama lengkap Ilsyah Ryan Reza.


Berry Manoch 'Saint Loco'

Jika Sakti dan Rizal memutuskan hengkang dari grup band karena ingin fokus memperdalam Islam, vokalis band Saint Loco justru mendapat hidayah untuk menjadi mualaf dan memeluk Islam.


Keputusannya masuk Islam pun sempat jadi sorotan. Ia resmi menjadi mualaf 23 Februari 2015. Banyak pertanyaan yang muncul. Namun Berry bergeming. Ia mengaku, selama memeluk Islam menjadi lebih tenang dan damai.


"Itu mungkin jawaban standar. Tapi memang ini yang saya rasain. Belum pernah setenang ini sebelumnya," ujarnya.


Berry mengakui, eputusannya memeluk Islam lantaran ia sudah merasa capai dan jenuh menjalani hidup yang penuh kemaksiatan. Ya, selama 11 tahun Berry bersahabat dengan narkoba. Ia bahkan menjadi pecandu alkohol.


Bolak-balik menjalani rehabilitasi, namun kecanduannya tak juga sembuh. Hingga pada satu titik, Berry merasa mulai mati rasa. Dia mengaku tak kenal lagi rasa senang itu seperti apa.


"Jadi, saya memang capek mungkin dengan apa yang saya lewatin. Dan sampai pada satu titik ingin tenang hidupnya dan normal, dan ingin jadi benar. Awal mulanya karena itu."


Jalannya menuju mualaf pun semakin mulus ketika secara kebetulan setelah menyelesaikan satu proyek, salah seorang teman mengajaknya berkunjung ke sebuah padepokan.


Saat berkunjung ke sana, Berry merasa ada ketenangan. Apalagi, ketika melihat para penghuni padepokan melakukan ibadah.


"Waktu itu, dengar suara adzan itu saya merasa kaya remuk banget hati ini. Dan mungkin itu awalnya ya. Dan mengalami beberapa situasi lagi. Sampai pada akhirnya, saya minta bantuan teman untuk mengajarkan salat."


Saat melakukan gerakan salat, Berry pun memiliki perasaan berbeda. Ia bahkan sempat berpikir, salat ternyata bagaikan meditasi yang membuatnya merasa lebih tenang.


"Teman-teman awalnya nggak mau ajarin salat karena mereka tahu saya dari keluarga nasrani yang taat."


Dan beruntung, teman-teman Berry akhirnya mau menurunkan ilmunya soal tata cara salat. Setelah itu, Berry pun tekun mempelajari tentang salat lebih detail. Ia sempat ke toko buku, berselancar di internet, menghafal surat-surat pendek untuk mendukung ibadahnya.


"Beberapa minggu gue jalani latihan-latihan itu, akhirnya lancar dan teratur lima waktu. Banyak perubahan yang terjadi, gue bahkan jadi jarang ke luar malam."


Setelah belajar tentang salat dan menjalankannya, Berry akhirnya mantap memeluk Islam. Namanya bahkan berganti menjadi Muhammad Berry Al Fatah Manoch.


Setelah resmi menjadi Islam, ia mengaku lebih tenang. Apalagi saat ini, ia berada di lingkungan dengan teman-teman yang selalu melakukan kegiatan positif.


Meski begitu, diakui Berry, keluarga sempat kaget dengan keputusannya memeluk Islam. Teman-teman terdekatnya juga ikut heran. Apalagi setelah kenal Islam, Berry tak pernah lagi menyentuh minuman dan narkoba.


"Tapi gue yakin lambat laun akan mulai ngerti. Banyak berubah sih gue dari sebelumnya. Dan  Alhamdulillah, nyokap bisa restuin."




Islam di Mata Berry

Berry menganggap Islam sebagai agama yang terbaik yang telah menyelamatkannya. "Gue berpikirnya, ternyata Allah itu Maha Besar, nggak bakal nyampe pikiran manusia. Kehendak Allah itu nggak bisa ketebak."


Saat ini, Berry menapaki bulan keempat sebagai mualaf. Bahkan kini, ia bisa menilai dari kacamatanya, seperti apa Islam.


"Sebelum gue mengenal, Islam itu kan banyak kontroversial. Ya karena gue selalu dengar Islam itu nggak benar," katanya.


Setiap kali melakukan pencarian informasi soal Islam lewat mesin Google, ia justru sering menemukan cerita-cerita tentang Islam yang negatif. Ia bahkan sempat berpikir, Islam agama rasis. Banyak pula orang ketika itu mendukung pemikirannya.


"Tapi setelah gue berteman dengan teman muslim, dan melihat mereka beribadah, di situ gue merasa damai. Dan gue penasaran, akhirnya gue coba meneliti sendiri."


Berry tidak lagi mencari tahu lewat internet yang belum sepenuhnya benar. Ia juga mencari tahu lewat buku-buku Islam. "Gue cari tahu tentang Nabi Muhammad SAW itu seperti apa. Gue cari tahu isi Al Quran itu seperti apa. Pas gue telaah, 'oh ini sebenarnya indah ya'. Kalau dibilang rasis, malah di sini mengajarkan kita terima perbedaan dengan siapa saja."


Berry pun mengaku sempat berpikir bahwa Islam adalah agama yang sering memaksakan kehendak. Tapi setelah ia belajar lebih jauh soal Islam, ternyata, agama ini justru agama yang tidak mau memaksakan keyakinan seseorang.


Dari situ, Berry semakin tekun memperdalam pengetahuannya soal Islam. Ia bahkan semakin rajin salat lima waktu. Dengan melakukan kegiatan itu, Berry merasa perlahan kebiasaan buruknya hilang tanpa dia harus keluar masuk panti rehabilitasi. Ia pun tiba-tiba bisa lepas dari narkoba.


"Dulu gue rehab, tapi hasilnya gitu-gitu saja. Nah setelah memeluk Islam, itu hilang sketika. Dan di situ bergetar batin gue," katanya.


Berry pun berpikir bahwa dia harus terus menjalankan ajaran Islam seumur hidupnya. "Dan Alhamdulillah gue masih dapat kesempatan untuk menjadi manusia yang baik lagi." (umi)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya