Kisah Pemudik, Habis Tiket Hingga Diusir karena Bawa Ayam

Arus Balik Mudik Lebaran 2013 di Stasiun Senen
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Pulang ke kampung halaman, atau yang juga dikenal dengan sebutan mudik, sudah menjadi kebiasaan warga Indonesia menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Masa Lebaran 2015, Jumlah Kecelakaan Turun 21 Persen

Di hari ketujuh menjelang lebaran ini, para pemudik sudah banyak terlihat di stasiun- stasiun utama kereta api di Jakarta. Seperti di Stasiun Gambir dan Stasiun Pasar Senen.

Di Stasiun Gambir, Jumat, 10 Juli 2015, VIVA.co.id sempat mewawancarai salah satu pemudik bernama Efendi. Pria 42 tahun itu berencana mudik ke Cirebon, Jawa Barat.

Efendi mengaku, bukan hanya kali ini saja ia pergi mudik ke kampung halaman.

Mudik 2015, Pengguna Angkutan Jalan Turun 10 Persen

"Iya mas saya mau mudik nih bersama dengan keluarga. Saya sekeluarga sudah sering mudik mas. Saya pernah naik bus, naik kereta, naik motor juga pernah," ujar Efendi.

Ia bersyukur dengan adanya sistim online dalam pembelian tiket kereta api beberapa tahun belakangan ini. Sebab, ia mengaku sering kehabisan tiket kereta api apabila akan berangkat mudik.

Lebaran 2015, Pendapatan PT KAI Melebihi Target.

Apabila tiket habis, biasanya Efendi dan keluarga segera mencari alternatif moda transportasi lainnya.

"Dulu mah, mesti antre kan. Belum lagi antreannya panjang banget. Giliran kami, eh tiketnya malah sudah habis. Kalau sudah begitu, biasanya saya dan keluarga otomatis lari ke bus," kata pria yang tinggal di Rangkas, Banten.

Dalam kesempatan itu, Efendi juga sempat bercerita tentang kisah-kisahnya mudik selama ini.

Ia sempat mengalami tidak boleh masuk kereta karena membawa ayam. Pernah menyalakan lilin sepanjang perjalanan pulang mudik ke Cirebon karena di kereta tidak ada penerangan. Hingga anaknya menangis sepanjang perjalanan mudik, karena minta turun dari kereta.

"Di kampung minta bawain ayam hidup, kami bawakan. Tapi kami enggak boleh masuk. Akhirnya kami sekeluarga bagi dua, yang setengah naik bus bawa ayam, yang setengah naik kereta," kata dia.

Sementara itu, Sumiyati (36), istri Efendi mengaku lebih nyaman pergi mudik dengan menggunakan kereta api ketimbang moda transportasi lainnya seperti bus dan motor.

Selain cepat, kereta api dinilai lebih nyaman. "Lebih senang mudik naik kereta saya, mas. Enggak macet, enggak panas. Kalau naik bus berhenti- berhenti mulu, saya suka mabok," kata Sumiyati.

Efendi juga membagi pengalamannya bermudik dengan menggunakan sepeda motor. Efendi mengaku, bila mudik dengan sepeda motor, biasanya ia berangkat sendiri, tidak dengan istri dan kedua anaknya.

"Istri dan anak-anak saya antar dulu pulang ke kampung dengan naik kereta, lalu saya balik lagi ke rumah di Rangkas. Berangkat lagi ke Cirebon naik motor sama teman-teman," katanya.

Menurutnya, bila mudik dengan motor ada kepuasan tersendiri setelah sampai di kampungnya. Hambatan-hambatan yang ia alami saat mudik hanya masalah kecil.

"Hambatannya kalau mudik naik motor itu, macet pasti. Biasanya satu hari satu malam baru sampai ke Cirebon. Belum lagi capek karena perut lapar kosong naik motor pas puasa. Belum lagi malamnya lewat Pantura kan dingin, sebentar- sebentar buang air kecil. Jalan 100 meter buang air kecil lagi," kata dia. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya