Laba Pedagang Parcel Tergerus

Ilustrasi penjualan parcel lebaran.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
Lebaran 2015, Pendapatan PT KAI Melebihi Target.
- Hari Raya Idul Fitri selalu membawa berkah bagi setiap orang, salah satunya adalah pedagang parcel di kawasan Barito, Jakarta Selatan. Namun, keuntungan yang dirasakan tahun ini tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. 

Pengguna KRL Naik 26 Persen Selama Libur Lebaran
Trismi, salah satu pemilik toko parcel di Barito mengatakan, ada tiga jenis parcel yang dijualnya dengan dikemas dalam bentuk menarik. Yaitu, parcel yang berisi buah, parcel berisi makanan ringan, dan parcel yang berisi alat keramik seperti kebutuhan di dapur.

Mayoritas Pemudik dari Sumatera Sudah Kembali ke Jawa
"Untuk buah itu, jenis-jenis buah yang siap makan. Kalau makanan ringan paling biskuit, kopi, susu, coklat, ya sejenis itu," kata Trismi kepada VIVA.co.id, Senin 20 Juli 2015.

Ibu paruh baya tersebut menuturkan, harga yang dipatok untuk tiap parcel yang dijual berbeda-beda. Untuk parcel buah, dijual dikisaran Rp500 ribu sampai Rp700 ribu rupiah. Sementara untuk parcel makanan ringan Rp200 ribu sampai Rp1 juta rupiah, sedangkan parcel keramik, Rp250 ribu sampai Rp1,25 juta.

Mayoritas permintaan parcel Trismi hanya didominasi di wilayah Jabodetabek. Selain karena tidak mempunyai pangsa pasar diluar Jakarta, dia hanya melayani pemesanan dari konsumen yang telah menggunakan jasanya.

"Permintaan dari perusahaan banyak. Pribadi juga ada. Lebih banyak perusahaan," kata dia.

Dia mengungkapkan, selama bulan puasa hingga lebaran H-1 kemarin, penjualan parcel di toko miliknya selalu ludes terjual setiap harinya. Namun, Trismi mengakui omsetnya justru mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.

"Tahun lalu kami itu bisa dua kali lipat dibanding tahun ini. Walaupun selalu habis, keuntungan kami agak merosot," ungkapnya.

Trismi melanjutkan, penurunan omset yang dia terima tahun ini dikarenakan penjualan parcel buah mengalami kemerosotan dibandingkan tahun lalu. Hal ini dikarenakan, harga buah yang terlampau tinggi menyebabkan daya beli masyarakat menurun. 

"Anggur itu harganya Rp80 ribu. Ini tidak kena di orang-orang. Tahun lalu, kami bisa jual parcel buah sampai ratusan. Tahun ini hanya puluhan," tutur dia.

Meski demikian, untuk tahun ini permintaan parcel berisi makanan ringan mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sehingga, omset yang diterima Trismi tidak terlalu merosot.

"Parcel biskuit itu naik tajam sampai 50 persen. Alhamdulillah," katanya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya