Pelemahan Rupiah Picu Krisis Ekonomi, Ini Komentar Menkeu

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro
Sumber :
  • ANTARA/Vitalis Yogi Trisna
VIVA.co.id
Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi
- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, sampai saat ini terus mengalami pelemahan. Kurs rupiah hari ini berada di angka Rp13.481 per dolar AS, melemah dibandingkan kemarin Rp13.468 per dolar As.

Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
Meski demikian, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, menolak anggapan bahwa pelemahan rupiah saat ini bisa memicu adanya krisis seperti yang terjadi di era Presiden Soeharto.

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November
"Tidak ada indikasi kita akan mengalami krisis, sama sekali berbeda," kata Bambang, di kantornya, Jakarta, Jumat 31 Juli 2015.

Dia menuturkan, spekulasi mengenai kenaikan suku bunga dari Bank Sentral AS masih menjadi alasan terdepresiasinya rupiah hingga saat ini.

"Ini memang dolar AS yang menguat, karena suku bunga The Fed," ujar dia.

Menurut Bambang, krisis 1998 tidak bisa disamakan dengan pelemahan rupiah saat ini. Karena, pada saat itu penguatan nilai tukar dolar AS hanya dialami oleh Indonesia. 

Selain itu, tingkat inflasi dalam negeri terus tergerus hingga mencapai 14 persen.

"Sekarang ini, hampir semua mata uang terdepresiasi. Tingkat inflasi juga terkendali. Jadi, fundamental kita memang masih baik," katanya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, mengimbau agar semua pihak tidak khawatir dengan penguatan dolar saat ini. 

Menurutnya, meski terjadi depresiasi rupiah, surplus yang diterima negara dinilai masih positif.

"Ekspor kita surplus, domestik juga oke. Kami akan percepat infrastruktur, investasi, regulasi, dan memperbaiki anggaran perencanaan tahun depan," ujar dia. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya