- www.businessinsider.com.au
VIVA.co.id - Peneliti kecerdasan buatan (artificial intelligence) mulai mengkhawatirkan perkembangan senjata otonom.
Maka dari itu saat berkumpul dama sebuah pertemuan, ribuan peneliti kecerdasan buatan mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melarang pengembangan senjata otonom tersebut.
Kekhawatiran peneliti bulat bahwa senjata tersebut akan menjadi ancaman bagi peradaban manusia. Dikutip Business Insider, Jumat 31 Juli 2015, peneliti menggambarkan senjata otonom dan semi otonom sebagai pertarungan perang manusia yang lebih mengerikan, akurat dan lebih tepat sasaran.
Sayangnya menurut profesor pembantu Josef Korbel School of International Studies Universitas Denver, Heather Roff pengembangan senjata semi otonom adalah rahasia dan tidak jelas apakah masih melibatkan tenaga manusia dalam pengoperasiannya.
Berikut beberapa sistem senjata yang dipandang peneliti sangat mengerikan:
Samsung SGR-1
Roff mengatakan senjata ini digunakan dalam patroli di zona demiliterisasi, di perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan. Senjata robotik yang dikembangkan oleh Samsung Techwin dan Universitas Korea itu dipasang di Korea Selatan.
Roff mengatakan SGR-1 awalnya dikembangkan dengan kemampuan mendeteksi, menarget, dan menembak penyusup dari jarak 3,2 Km. Kini, senjata tersebut disebutkan mampu mendeteksi dan menarget sasaran tanpa membutuhkan operator manusia.
Long Range Anti-Ship Missile (LRASM)
Senjata buatan Lockheed Martin ini dapat menembakkan sasaran dari kapal, pesawat dan secara otonom bisa mencapai target area spesifik. Roff mengatakan selain itu, LRASM disebutkan juga mampu menghindari rintangan yang mungkin ada di luar daerah sasaran.
Rudal tersebut bisa memilih salah satu kapal dari beberapa pilihan target berdasarkan algoritma yang diprogram sebelumnya.
Sedangkan Lockheed Martin menjelaskan rudal canggih ini tidak memiliki kemampuan organik. Target telah dipilihkan, model telah diprogram sebelum diluncurkan dengan operator manusia.
Harpy
Ini merupakan sistem drone otonom yang menembak sasaran musuh. Sistem ini diletakkan di atas sebuah kendaraan.
Times of Israel menuliskan kemampuannya disebutkan bisa mendeteksi, menyerang dan merusak pemancar radar.
Harpy bisa 'berkeliaran' di udara dalam jangka waktu yang panjang untuk mencari pemancar radar musuh. Menurut The Israel Aerospace Industries (IAI) saat menembak tepat sasaran, Harpy disebutkan memiliki akurasi tembakan yang sangat tinggi.
Taranis
Taranis merupakan drone perang milik System British Aerospace (BAE). Sistem ini dijuluki Dewa Petir Celtic. Menurut BAE, senjata siluman Taranis ini mampu pengawasan berkelanjutan, menandai target, menyerang kendaraan mata-mata, menghalangi lawan, mengumpulkan data intelijen dan menembakkan dengan bantuan operator manusia.
Unpad Terapkan Aplikasi Mobile Akademik
Aplikasi ini juga mengatur jadwal konsultasi dengan pembimbing.
