IHSG Berpotensi Berbalik Arah

Bursa Efek Indonesia.
Sumber :
  • Antara/Puspa Perwitasari

VIVA.co.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Kamis 13 Agustus 2015, diprediksikan berbalik naik kembali (rebound) setelah anjlok 3,1 persen pada perdagangan kemarin. 

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November

Analis First Asia Capital David N Sutyanto mengatakan IHSG diperkirakan bergerak bervariasi berpeluang rebound menyusul sejumlah saham sektoral harganya sudah berada di daerah jenuh jual (oversold area).


IHSG Diproyeksi Naik, Ini Pendorongnya
"IHSG diperkirakan bergerak dengan support (batas bawah) di 4.420 dan resisten (batas atas) di 4.570," ujarnya kepada VIVA.co.id, Kamis, 13 Agustus 2015.

Cari Pemain Saham Baru, BEI Gandeng Indosat dan Trimegah
Menurutnya, ada peluang rupiah berbalik naik setelah anjlok tajam dalam dua hari terakhir. 

David menyampaikan, gejolak pasar saham global kembali berlanjut menyusul langkah agresif bank sentral China yang kembali mendevaluasi Yuan dengan melonggarkan rentang pergerakan hingga 1,6 persen di 6,33 yuan per dolar Amerika Serikat (AS), yang berakibat negatif bagi mata uang pasar negara berkembang, termasuk rupiah yang kemarin anjlok 1,4 persen di Rp13.799 per dolar AS.

"Pelemahan lanjutan rupiah telah memicu panic selling (penjualan) di pasar saham. IHSG kemarin anjlok hingga 3,1 persen di 4.479,491. Ini merupakan level terendah IHSG dalam 18 bulan terakhir. Sedangkan rupiah sepanjang tahun ini telah melemah hampir 11 persen," ucapnya.

Sementara, sentimen dalam negeri soal pengumuman pergantian menteri Presiden Jokowi dengan Menko Perekonomian dijabat Darmin Nasution belum mampu meredam aksi jual. Kemarin, dana asing keluar dengan nilai penjualan bersih asing mencapai Rp763,77 miliar.

"Ini mencerminkan sentimen pasar masih didominasi sentimen negatif dari kawasan terutama faktor Tiongkok. Selain faktor pelemahan nilai tukar Yuan, data ekonomi Tiongkok yang keluar kemarin, seperti angka produksi industri Juli 2015 hanya tumbuh enam persen melambat dibandingkan bulan sebelumnya 6,8 persen ikut menambah tekanan di pasar saham," katanya.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya