Bung Hatta, Mata Air yang Tak Pernah Kering

Kepala Biro Humas Setjen MPR, Ma’ruf Cahyono
Sumber :
VIVA.co.id
Bom Sarinah, Ketua MPR Nilai Aparat Tak Kecolongan
- Buku Memoar Bung Hatta yang diterbitkan pada tahun 1979 yang dicetak ulang pada tahun 2011, menjadi 3 buku, sepertinya banyak menjadi inspirasi bagi banyak orang. Tak heran bila buku itu selalu ramai didiskusikan.

Simposium Kebangsaan MPR, Mengevaluasi Proses Ketatanegaraan

Salah satu diskusi buku yang sekarang berjudul Untuk Negeriku, Sebuah Otobiografi, Bukit Tinggi-Rotterdam Lewat Betawi, Berjuang dan Dibuang Menuju Gerbang Kemerdekaan, itu digelar oleh Perpustakaan MPR lewat kegiatan Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat, 12 Agustus 2015.
Wakil Ketua MPR: Indonesia Dipandang Penting oleh Qatar


Menurut Kabiro Humas Setjen MPR, Ma'ruf Cahyono, kegiatan bedah buku yang dilaksanakan oleh Perpustakaan MPR sudah rutin dilakukan. "Kegiatan ini sudah rutin dilakukan," ujarnya. Diakui kegiatan seperti ini sangat bermanfaat bagi rakyat. "Kegiatan ini menjadi alternatif dari wacana yang berkembang," paparnya.


Ma'ruf mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan itu. Diharapkan pembedah buku, AB Kusuma, Roesdhie Husein, dan Meutia Hatta, mampu memberi gambaran yang luas soal kiprah Hatta.


Sesjen MPR, Eddie Siregar, dalam sambutan menceritakan saat masih mahasiswa pernah berkunjung ke rumah Bung Hatta yang terletak di Jl. Diponegoro, Jakarta. Dalam kunjungan itu, ia diberi buku.


Diungkapkan soal Bung Hatta, saat ia dipenjara, Bung Hatta tetap menggunakan pakaian yang baik, hal demikian untuk menunjukkan bahwa bangsa ini mempunyai harkat dan martabat. Contoh lain dari Hatta adalah soal penghematan pengeluaran, misalnya sabun yang digunakan setelah dipakai dijemur agar bisa dipakai ulang.


Belajar soal Hatta menurut Eddie Siregar juga pada soal ekonomi, ekonomi yang bertumpu pada koperasi. Dengan model ekonomi kekeluargaan itulah maka kita bisa bangkit dari keterpurukkan. Dicontohkan pabrik Mercy di Jerman adalah perusahaan yang bertumpu pada koperasi.


Diakui oleh Eddie Siregar bahwa sistem ekonomi bangsa ini tak jelas hingga jatuh pada jurang keterpurukkan ekonomi.


Dikatakan, kita sekarang mengalami minus keteladanan. "Bung Hatta adalah mata air keteladan yang tak pernah kering," paparnya. "Pikiran Hatta tak pernah usang," tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya