BI: Devaluasi Yuan Ikut Andil ke Pelemahan Rupiah

Ilustrasi uang rupiah
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
- Belum lama ini Tiongkok membuat kebijakan baru dengan melemahkan mata uangnya sebesar 1,9 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin 11 Agustus 2015 lalu. 

Selanjutnya, pada Selasa 12 Agustus 2015, pelemahan yuan berlanjut di angka 1,6 persen terhadap dolar AS. Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, menilai hal ini salah satu penyebab terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam sepekan ini.

"Dalam beberapa hari terakhir, depresiasi rupiah terhadap dolar AS meningkat. Terutama, dipicu dari devaluasi yuan. Di tengah menguatnya indikasi rencana kenaikan suku bunga AS, Bank Sentral China justru mendevaluasi mata uangnya," kata Agus, di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis 13 Agustus 2015.

Dia menjelaskan, kebijakan tersebut berdampak negatif terhadap pergerakan mata uang di dunia, terutama mayoritas negara-negara berkembang. Salah satunya adalah Indonesia.

"Sampai dengan tanggal 12 Agustus 2015 kemarin, secara year to date rupiah melemah di angka 10,16 persen," ujar dia.

Pelemahan ini, Agus melanjutkan, lebih dalam dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara lain pasca devaluasi mata uang yuan. Seperti Won (Korea) 8,35 persen year to date, Bath (Thailand) 6,62 persen year to date, dan Yen (Jepang) 3,96 persen year to date.

Meski demikian, menurut dia, terdepresiasinya rupiah secara year to date masih lebih baik dibandingkan negara tetangga, Malaysia, dan sejumlah negara Eropa.

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November
"Ini masih lebih baik dibandingkan Malaysia. Pelemahannya sampai 13,16 persen year to date, Turki 16,23 persen year to date, dan Australia 10 persen year to date, dan Brasil 29,4 persen year to date," ungkapnya. (one)
Uang rupiah.

Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global

Aksi damai 4 November tidak terlalu pengaruhi pergerakan rupiah.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016