VIVA.co.id - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa akibat devaluasi mata uang yuan, diperkirakan China akan melakukan ekspor barang ke berbagai negara di belahan dunia, salah satunya Indonesia.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Adi Lumaksono mengatakan, bahwa Indonesia pun, harus waspada terhadap melonjaknya impor barang tiruan dari China akibat kebijakan devaluasi mata uang tersebut.
"Dampak bahayanya bisa saja ada barang palsu (KW), tapi kami sebagai negara bisa mengantisipasi agar tidak mengimpor barang tersebut," ujar Adi di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa 18 Agustus 2015.
Dia menjelaskan, tindakan China mendepresiasi nilai tukarnya sebesar dua persen agar bisa meningkatkan daya saing ekspor ke beberapa negara.
"Jangan sampai barang impornya menyerbu Tanah Air," kata dia
Lebih lanjut dia menjelaskan, bahwa porsi impor China kepada Indonesia sudah mendekati 24 persen, meskipun saat ini dampak depresiasi yuan belum terlihat. "Bisa saja naik jadi 25 persen," tambah dia.
Selain itu, kebijakan devaluasi yuan dilakukan di saat melambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negeri Panda tersebut. Konsekuensi dari kebijakan ini adalah meningkatnya ekspor ke negara tujuan karena harganya yang murah.
Adi menambahkan, bahwa tentunya masyarakat harus menunggu instruksi Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Dia berharap impor tidak akan meningkat. Justru dia optimistis jikalau ekspor yang akan semakin meningkat.
"Tinggal bagaimana menyikapi instruksi presiden menggunakan produk dalam negeri," tuturnya.