Peraih Habibie Award Terinspirasi dari Pesawat NASA

Warsito Purwo Taruno, penemu ECVT. Alat pemindai otak berbentuk helm ini dianggap lebih baik dari CT Scan biasa.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

VIVA.co.id - Ilmuwan teknologi tomografi, Warsito Purwo Taruno, mengungkapkan rasa senangnya meraih penghargaan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) 2015. Warsito dianugerahi penghargaan tersebut setelah berhasil mengembangkan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT).

Diketahui, ECVT ini merupakan sebuah sistem pemindai berbasis medan listrik statis, yang sudah diaplikasikan secara luas pada industri dan medis di dalam maupun luar negeri.

ECVT ini mampu memindai otak manusia dengan memanfaatkan gelombang listrik berenergi rendah. Tak hanya itu, teknologi buatan Warsito itu juga memungkinkan dapat mendeteksi penyakit seperti kanker payudara.

Warsito menyampaikan, ide penemuannya itu lahir, ketika ia melihat pesawat ulang alik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Ia memandang ketahanan pesawat NASA itu menembus ruang hampa, karena kekuatan pada medan melengkungnya pada burung besi tersebut.

"Asal mulanya sekitar tahun 2004-2005, konsep ECVT ini menjadi kontroversi, karena melakukan pemindaian dengan medan melengkung. Tetapi, sebelumnya NASA duluan mengembangkan untuk pesawatnya dengan medan melengkung. Itu sangat potensial dikembangkan, tetapi banyak orang yang menghindarinya," ujar Warsito kepada VIVA.co.id di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Kamis, 20 Agustus 2015.

Kemudian, ia menjelaskan, teknologi tomografi yang ia kembangkan berbeda dengan tomografi konvesional, seperti CT-Scan dan MRI.

VIDEO: Kenapa Bunga Matahari Mengikuti Gerak Sang Surya?

Bila, tomografi konvensional menggunakan prinsip pemindaian tertutup, artinya objek harus diletakkan di ruang tertutup dengan dikelilingi oleh sensor-sensor pemindai. Sementara itu, ECVT menggunakan konsep pemindaian terbuka, yang berarti objek tidak harus diletakkan di ruang tertutup. Namun, bisa diletakkan di mana saja tidak harus dikelilingi oleh sensor.

"Dengan konsep ECVT ini, pemindaian objek di dinding luar pesawat ulang-alik dari dalam pesawat seperti yang dilakukan di NASA. Konsep open scanning ini memungkinkan ECVT untuk memindai kanker payudara dan aktivitas otak manusia dengan sensor berbentuk cup atau helm," tutur dia.

Lalu, Warsito menuturkan, pemindaian otak manusia dengan gelombang listrik berenergi rendah, seperti ECVT, mempunyai tingkat tantangan secara teknis yang tinggi. Sebab, hal ini menuntut kecepatan pemindaian yang tinggi pula, yang mana otak manusia aktivitasnya sangat cepat.

"Sensitivitas sensor yang sangat akurat untuk bisa menangkap perubahan besaran nilai kapasitas listrik yang sangat kecil, hingga ukuran femtofarad yang sebelumnya belum bisa dipecahkan oleh para peneliti dan pengembang teknologi tomografi," ujar dia.

Agar mampu bersaing dengan teknologi serupa lainnya, Warsito merancang ECVT untuk digunakan dalam bidang proses kimia melalui peranti lunak. Tujuannya untuk komputasi aliran fluida di dalam reaktor kimia yang diolah dari citra 4D, yang mana dihasilkan oleh ECVT.

"Dengan teknologi ini bisa didapatkan citra distribusi 4D kecepatan partikel dan gas di dalam reaktor secara riil yang selama ini hanya mampu dilakukan dengan simulasi super komputer. Teknologi terbaru ini juga dipakai oleh Morgantown National Energy Technology Laboratory milik Departemen Energi Amerika untuk mengembangkan generasi baru generator listrik," kata Warsito. (art)

Carita Dasa Windu, Batik Rudy Habibie

Carita Dasa Windu, Hadiah Eksklusif untuk Habibie

Batik ini bercerita tentang kisah hidup Habibie.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016