Menyingkap Tabir Penekun Yoga Bisa Melayang

Perdana Menteri India Narendra Modi Pimpin Ribuan Orang Untuk Yoga
Sumber :
  • REUTERS/Adnan Abidi
VIVA.co.id
Anggota DPR Puji Pengunduran Diri Dirjen Perhubungan Darat
- Yogasutra merupakan acuan tertua dari yoga.  Dalam filsafat yoga yang disusun Maharsi Patanjali disebutkan, salah satu tujuan yang ingin dicapai dari yoga mencapai sakti atau siddhi.

Dikenal Ramah, 4 Pilar Hidup dalam Budaya Masyarakat Bali
 
Bali Perlu Kereta Api untuk Atasi Kemacetan
Bagian yoga tersebut ditulis dalam Bab III Yogasutra yang disebut dengan istilah Vibhuti Pada. Vibhuti diartikan sebagai mencapai sebuah kekuatan di luar kemampuan manusia. Vibhuti Pada memberikan uraian tentang daya-daya supra alami atau siddhi yang bisa dicapai melalui pelaksanaan yoga.
 
Namun sebelum sampai pada tahap tersebut akan lebih dulu mencapai keadaan yang disebut sutra
flying
. Tubuh berlawanan dengan alam semesta, membuatnya seperti tak tersentuh gravitasi bumi sehingga bisa melayang.

 

Ada beberapa penekun yoga di Bali yang bisa mencapai keadaan tersebut. Namun, itu bukan menjadi tujuan utama dari latihan yoga karena puncak dari pencapaian latihan yoga yang ingin diraih adalah keadaan yang disebut
siddhi
atau kesadaran kosmik.

 

“Biasanya para penekun yoga hanya sampai pada pencapaian sakti secara nyata yang bisa dilihat dengan mata seperti
flying
. Ketika tubuh sudah bisa melayang atau terangkat dari tanah, orang akan merasa puas karena dianggap sudah mencapai sakti. Mencapai keadaan tersebut, menurutnya, perlu latihan secara serius dan tekun. Tidak bisa hanya dengan berlatih selama setahun, tetapi perlu waktu lebih lama,” ujar I.N. Suwarna, budayawan Bali.

 

Suwarna mengatakan, dasar dari latihan yoga adalah memahami Dasaksara, yaitu huruf-huruf magis yang terdapat dalam tubuh. Ada sepuluh aksara gaib yang terdapat dalam tubuh. Aksara ini digabung-gabungkan dengan teknik tertentu yang disebut Pengrukun Dasaksara. Dari sepuluh menjadi lima, kemudian digabung menjadi tiga, dua, lalu satu aksara.

 

Penggabungan ini dibarengi dengan pengaturan napas secara teratur. Saat menarik napas disertai lafalan aksara “Ang”, kemudian napas ditahan di dada dengan melafalkan aksara “Ung”. Selanjutnya napas diteruskan ke perut dengan melafalkan aksara “Mang”. Lalu, dari perut napas dibawa kembali ke dada, kemudian dihembuskan ke mulut dengan melafalkan aksara “Ang”.


Mantra-mantra yang bertindak sebagai juklak akan membangkitkan kekuatan dalam tubuh yang akan menimbulkan sensasi panas, sejuk, atau perasaan ringan tergantung keinginan.

 

Sensasi sejuk akan muncul ketika penekun yoga menahan napasnya hanya sampai di dada dengan melafalkan aksara "Ung" sebagai simbol kekuatan Dewa Wisnu. Bila sampai di perut dengan melafalkan aksara “Mang” sebagai huruf simbol Dewa Iswara, tubuh terasa ringan. Selanjutnya, jika napas dihembuskan dengan melafalkan aksara “Ang” symbol Dewa Brahma, maka kondisi yang dicapai adalah kehangatan.

 

Yogasanas berkembang pesat sehingga menjadi popular di berbagai belahan dunia, baik dalam kemasan original Hatta Yoga atau dalam paket lain “bercampur aduk’ dengan seni kebugaran fisik lainnya. Belakangan ini, konsep-konsep vinyasa (
flow of yogic postures
) yakni rangkaian gerak asanas yang dilakukan secara dinamis menjadi lebih diminati karena mirip dengan senam yang lazim dijumpai di pusat-pusat kebugaran.

 

Beberapa di antaranya yang terkenal adalah Surya Namaskar, Candra Namaskar, dan  18 Kriya dari Babaji’s Hatta Yoga yang diyakini mampu memberikan kesehatan, penyembuhan, dan peremajaan.

 

Dalam perkembangannya, yoga hampir identik dengan latihan-latihan asanas yang dinamis (vinyasa). Hanya sekadar melakukan gerak peregangan atau
stretching
yang sesungguhnya untuk memudahkan yogasanas pokok (Hatta Yoga), tetapi sudah dianggap berlatih yoga.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya