IMF: Terlalu Prematur Bicara Krisis Tiongkok

Ekonomi China
Sumber :
  • REUTERS/China Daily
VIVA.co.id
- Dana Moneter Internasional (IMF) berpendapat, perlambatan laju ekonomi dan gejolak pasar saham di Tiongkok bukan menandakan bahwa negara itu sedang mengalami krisis. Tapi, negara dengan ekonomi kedua terbesar di dunia itu sedang menyesuaikan diri dengan kondisi ekonomi global. 

Direktur Eksekutif IMF yang mewakili negara-negara seperti Italia dan Yunani, Carlo Cottarelli mengatakan, kebijakan perlambatan ekonomi Tiongkok saat ini dilakukan dengan sengaja. Situasi itu, menghantam pasar saham global, dan pada Jumat lalu Wall Street mengalami penurunan tertajam dalam hampir empat tahun terakhir

"Kebijakan moneter telah sangat luas dilakukan beberapa tahun terakhir, dan penyesuaian itu yang diperlukan. Ini terlalu dini untuk berbicara krisis di Tiongkok," ujarnya dilansir dari Reuters, Senin 24 Agustus 2015.

Dia mengatakan, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok hanya tumbuh 6,8 persen tahun ini. Di bawah pertumbuhan tahun lalu sebesar 7,4 persen. 

"Ekonomi riil Tiongkok yang melambat itu wajar-wajar saja bahwa itu harus terjadi. Apa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini adalah kejutan alami bagi pasar keuangan," tuturnya. 

Hingga saat ini, pasar saham Tiongkok telah jatuh lebih dari 30 persen sejak pertengahan tahun. Setelah data ekonomi yang buruk, Beijing akhirnya mengambil langkah mengejutkan pekan lalu dengan mendevaluasi yuan.

Dia mengatakan, IMF secara intensif akan membahas hal ini dalam beberapa bulan mendatang bersama pihak-pihak berwenang di Tiongkok. Keputusan negara itu medevaluasi mata uangnya menjadi perhatian dunia. 

Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2016
Mengenai keinginan Tiongkok untuk memasukkan yuan menjadi salah satu mata uang Special Drawing Rights IMF, saat ini masih dipertimbangkan. Kajian mengenai rencana itu dilakukan dan akan diumumkan sembilan bulan ke depan.
Bursa Efek Australia atau Australian Securities Exchange (ASX)

Bursa Asia Pasifik Tertekan Dinamika Pilpres AS

Investor mencermati siapa presiden AS yang baru.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016