Fluktuasi Rupiah Masih Bayangi IHSG Pekan ini

Papan elektronik IHSG
Sumber :
  • ANTARA/Vitalis Yogi Trisna
VIVA.co.id
- Tekanan aksi jual diperkirakan masih mendominasi transaksi investor pada perdagangan saham awal pekan terakhir Agustus ini. Hal tersebut terjadi seiring dengan masih tingginya risiko pasar yang dipicu beberapa faktor global maupun domestik.

"Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan masih berfluktuasi dan bergerak dengan support (batas bawah) di 4.290 dan resistance (batas atas) di 4.375, cenderung koreksi," ujar analis First Asia Capital, David N Sutyanto, kepada VIVA.co.id, Senin, 24 Agustus 2015.

Menurut dia, sentimen negatif masih didominasi oleh kekhawatiran berlanjutnya pelemahan rupiah atas dolar Amerika Serikat, yang berisiko menembus level Rp14.000 per dolar AS. 

Namun, kemungkinan adanya sejumlah perusahaan pelat merah melakukan buyback (pembelian kembali) sahamnya, menyusul kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merelaksasi aturan buyback tanpa rapat umum pemegang saham (RUPS), berpotensi meredam aksi jual akan dilakukan oleh investor. 
Dibuka Menguat, IHSG Lanjutkan di Jalur Hijau

Sebagai informasi, sentimen negatif pasar global masih mendominasi perdagangan saham akhir pekan lalu. IHSG kembali terkoreksi tajam 105,95 poin (2,38 persen) di level 4335,953. "Ini merupakan level terendah IHSG sejak perdagangan 27 Januari 2014," tuturnya. 
Arus Modal Mengalir, Cermati Saham-saham Ini

Pemodal menghindari aset berisiko menyusul berlanjutnya kekhawatiran perlambatan ekonomi Tiongkok dan tren penguatan dolar AS atas mata uang emerging market yang berdampak buruk bagi rupiah. Kondisi ini memicu keluarnya dana global dari pasar emerging market termasuk Indonesia.
Asumsi Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen Dinilai Sulit Dicapai

Seperti diketahui, pada pekan lalu, IHSG terkoreksi 5,44 persen dan rupiah anjlok 0,96 persen di level Rp13.895 (kurs Jisdor). Dilihat dari posisi tertingginya tahun ini awal April lalu, IHSG telah terkoreksi 21,5 persen dan ini menandakan pasar saham Indonesia masuk tren bearish (pasar sedang mengalami penurunan).

Penjualan bersih investor asing akhir pekan lalu mencapai Rp770 miliar dan sepanjang pekan lalu telah mencapai Rp4,3 triliun, melanjutkan pekan sebelumnya sebesar Rp3,05 triliun. Risiko pasar yang meningkat juga tercermin dari naiknya CDS (Credit Default Swap) Indonesia atau transaksi jual hingga 50,6 persen di 241,53 akhir pekan lalu dibandingkan akhir tahun lalu di 160,312.

Sementara itu, pasar saham global akhir pekan lalu ikut terpuruk akibat meningkatnya kekhawatiran perlambatan ekonomi Tiongkok. Indeks DJIA dan S&P di Wall Street masing-masing anjlok 3,12 persen dan 3,19 persen, tutup di level 16.459,75 dan 1.970,89.

Harga minyak mentah juga ikut anjlok dua persen di usia US$40,45 per barel akhir pekan lalu. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya