Sumber :
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - Terdepresiasinya rupiah dalam beberapa pekan terakhir hingga hari ini diperdagangkan tembus lebih dari Rp14.000 per dolar AS, menyebabkan sejumlah kalangan pengusaha mengalami kerugian yang cukup signifikan.
Industri seperti tertampar di dua sisi, karena peningkatan biaya produksi terjadi melebihi batas modal, sementara penurunan daya beli masyarakat terhadap produk industri akibat pelemahan ekonomi sudah mulai terasa.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Haryadi Sukamdani mengungkapkan hal tersebut. Dia menjelaskan, hampir semua sektor industri, khususnya di bidang manufaktur yang notabennya padat karya, terkena imbas efek dari lemahnya mata uang rupiah.
"Dari penjualan sendiri banyak yang drop. Properti mereka terpukul sekali. Otomotif juga sudah mengoreksi target penjualannya," kata Haryadi kepada VIVA.co.id. beberapa waktu lalu.
Dengan kondisi seperti ini seharusnya pemerintah terus menggenjot sektor industri dalam negeri. Sehingga dapat menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi yang bisa diandalkan.
"Saat ini kami hanya bisa menahan (produksi), supaya pertumbuhan kami bisa balik lagi. Kalau pertumbuhannya melambat terus, ada kemungkinan akan terdepresiasi lagi. Kalau kami genjot dari domestik, sebenarnya lumayan menolong," ujar dia.
Hingga saat ini menurutnya, belum ada langkah konkret pemerintah untuk serius menggenjot industri dalam negeri. Upaya yang dilakukan hanya sebatas retorika semata.
"Ini sudah terjadi dalam sepuluh tahun terakhir. Banyak industri manufaktur yang tutup, sekarang kita harus merubah kondisi ini," katanya.
Haryadi berharap, pemerintah lebih kreatif dalam mengembangkan industri nasional. Sehingga semua sektor potensial dapat dikembangkan dengan baik.
Baca Juga :
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
"Industri padat karya ada potensi untuk berkembang. Itu kan bagus dan sangat mungkin untuk kita garap. Industri kreatif juga. Ekspor tidak melulu cuma barang. Jasa pun punya andil. Maksud saya, dari segala lini harus didorong," katanya.
Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi
Hanya fenomena politik jelang pilkada.
VIVA.co.id
4 November 2016
Baca Juga :