Rupiah Terus Melemah, DPR Minta BPK Audit BI

Ilustrasi uang rupiah
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
- Ketua DPR RI, Setya Novanto, khawatir dengan terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, yang tembus hingga Rp14 ribu per dolar AS. 

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November
Dia meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit terhadap Bank Indonesia, sebab BI sebagai lembaga penanggung jawab di sektor moneter.

Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
"Kami minta Komisi XI mengundang BPK untuk mengajukan audit kepada BI. Audit dengan cara PDTT (pemeriksaan dengan tujuan tertentu)," katanya, saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin 24 Agustus 2015.

Politisi Partai Golkar ini menjelaskan, investigasi perlu dilakukan terhadap kinerja BI, agar bisa mengetahui penyebab melemahnya nilai rupiah. "Supaya bisa memberikan analisa lebih jelas kesiapan pada BI," katanya.

Sementara itu, Sekretaris Panja Penerimaan Negara DPR, M.Misbakhun, sepakat dengan ide Setya Novanto. Menurutnya, anggaran tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2016 berpotensi akan sulit disetujui oleh Komisi XI DPR.

Hal itu, ungkapnya, karena banyak persoalan di internal BI yang menjadi sorotan seluruh anggota Komisi XI DPR, saat pembahasan anggaran. 

Misbakhun mencontohkan, yang perlu diaudit adalah pelaksanaan operasi moneter yang dilakukan oleh BI, mengingat adanya konflik kepentingan yang menyebabkan bank sentral setengah hati mengamankan target nilai tukar rupiah yang diamanatkan Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 

"Terkait pelaksanaan operasi moneter, saya akan upayakan agar BPK mengaudit secara khusus BI," kata Misbakhun.



Permasalahan di BI yang lain, menurutnya, yakni soal pencetakan uang dan siapa saja yang terlibat dalam proses pencetakan uang. 

"Siapa suppliernya, siapa supplier kertasnya, siapa supplier tintanya, dan proses pengamanannya. Hal ini mengingat DPR juga sangat memperhatikan tentang sistem pembayaran di BI," katanya. 

Selain itu, dugaan benturan kepentingan perusahaan di bawah Yayasan Bank Indonesia yang banyak melakukan kerja sama pengelolaan kegiatan bisnis proses di BI yang mempunyai orientasi profit

Permasalahan di atas menjadi concern bagi Komisi XI untuk melakukan pendalaman dalam pembahasan ATBI 2016. 

"Kalau BI tidak bisa menjelaskan, banyak pertanyaan anggota Komisi XI terkait masalah yang sudah ditanyakan tersebut, maka bisa jadi ATBI 2016 sulit disetujui Komisi XI," katanya.

Ada pun, nilai tukar rupiah semakin melemah di pembukaan perdagangan pada awal pekan terakhir bulan ini. Di pasar spot antarbank, hari ini, Senin 24 Agustus 2015, rupiah terus melemah setelah tembus di atas Rp14 ribu per dolar AS, sejak akhir pekan lalu. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya