Sumber :
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
- Direktur Keuangan PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII), Thilagavathy Nadason, tidak khawatir jika nilai tukar rupiah menembus hingga di level Rp15.000-16.000 per dolar Amerika Serikat.
Baca Juga :
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
Sebab, kata dia, yang menggunakan dolar AS sebagai alat pembayaran, sebagian besar adalah korporasi besar dan perusahaan pelat merah.
Baca Juga :
Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
Di samping itu, dia tidak terlalu khawatir lantaran adanya Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang diyakini mampu meredam pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
"Dengan PBI yang mewajibkan rupiah untuk transaksi lokal. Kebanyakan dolar AS sekarang ditangani korporasi yang besar dan juga BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Jadi saya tidak khawatir," ujarnya, di Jakarta, Senin, 24 Agustus 2015.
Thilagavathy menuturkan, masyarakat harus yakin bahwa pemerintah akan menangani perusahaan yang berisiko terhadap menguatnya mata uang negara Paman Sam tersebut.
"Penting lagi agar semua orang, pelaku bisnis jangan panik, karena kita tahun ini dan 2008 jauh berbeda. Kita tidak ke sana, tetapi saya takut orang panik," tuturnya.
Dia memaparkan, bank telah melakukan stressed test pada posisi Rp14.500 per dolar AS beberapa waktu lalu. Selanjutnya, akan melakukan penghitungan ulang karena sudah mendekati batas tersebut.
"Waktu itu conclusion bisnis, modal, dan dana cukup. Sekarang ranah sudah Rp14.000-an. Waktu itu skenario sampai Rp14.500 per dolar AS. Sekarang kami running ulang," ujarnya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Dengan PBI yang mewajibkan rupiah untuk transaksi lokal. Kebanyakan dolar AS sekarang ditangani korporasi yang besar dan juga BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Jadi saya tidak khawatir," ujarnya, di Jakarta, Senin, 24 Agustus 2015.