Sumber :
- http://www.oilman.com.au/
VIVA.co.id
- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) sebesar US$60 per barel untuk asumsi makro RAPBN 2016. Namun, anggota Komisi VII DPR RI keberatan dengan angka itu.
"Dari berbagai referensi yang kami gunakan sehingga pada kesimpulan US$55-65 per barel, kami mengambil titik tengah US$60," kata Menteri ESDM, Sudirman Said, dalam rapat kerja Kementerian ESDM dengan Komisi VII di DPR, Jakarta, Rabu 26 Agustus 2015.
Baca Juga :
Stok Minyak Dunia Melimpah, Harga Terus Jatuh
Baca Juga :
Sering Gonta-ganti Bensin, Bahaya Tidak?
"Dari berbagai referensi yang kami gunakan sehingga pada kesimpulan US$55-65 per barel, kami mengambil titik tengah US$60," kata Menteri ESDM, Sudirman Said, dalam rapat kerja Kementerian ESDM dengan Komisi VII di DPR, Jakarta, Rabu 26 Agustus 2015.
Baca Juga :
Harga Resmi Pertamax Turbo, BBM dengan RON 98
Anggota Komisi VII, Kurtubi, tak sependapat dengan angka itu. Kurtubi menyinggung masalah harga minyak dunia yang turun dan melemahnya rupiah akhir-akhir ini.
"Keduanya begitu dominan pada asumsi yang dibicarakan. Selama negara OPEC (pengekspor minyak) tidak mengurangi supply, harga minyak dunia akan terus turun," kata Kurtubi.
Bahkan, Kurtubi mengusulkan agar asumsi harga ICP diturunkan menjadi US$50 per barel. "Kalau US$60 per barel, angkanya tidak realistis. Sejak dulu, harga minyak dunia tidak hanya berdasarkan masalah suplai dan permintaan," kata dia.
Halaman Selanjutnya
Anggota Komisi VII, Kurtubi, tak sependapat dengan angka itu. Kurtubi menyinggung masalah harga minyak dunia yang turun dan melemahnya rupiah akhir-akhir ini.