Ratusan Buruh di Bantul Dirumahkan

Buruh Tolak Kenaikan Harga BBM
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Dampak melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, tidak saja dirasakan oleh industri-industri di kota-kota besar di Indonesia, dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.

"Saat ini, sudah 100 lebih buruh yang di PHK dan buruh yang dirumahkan oleh perusahaan tempatnya bekerja," kata Kepala Seksi Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Bantul, Yogyakarta, Annursina Karti, Selasa 1 September 2015.

Menurutnya, para buruh yang di PHK dan dirumahkan dari dua perusahaan skala menengah yang menyatakan diri telah kolaps. Kedua perusahaan itu tak lagi sanggup menjalankan roda produksinya sejak akhir Juli lalu. "Ya, dampak dari rupiah yang terus merosot lagi, tak mampu mengoperasi perusahaannya," tuturnya.

Annursina menjelaskan, kedua perusahaan itu, kebetulan memang bergerak di sektor ekspor mebel dan furniture. Dengan melambungnya dolar AS, praktis harga bahan baku produksi yang kebanyakan mereka impor pun turut terimbas.

Belum lagi, ditambah dengan lesunya perekonomian dunia yang menyebabkan melemahnya daya beli masyarakat internasional, menyebabkan permintaan atas produk mereka pun menurun drastis. Akibatnya, kedua perusahaan yang berlokasi di kawasan Sewon itu pun terpaksa gulung tikar.

Annursina menambahkan, dari kedua perusahaan itu, baru satu perusahaan saja yang telah melaporkan secara resmi perihal hubungan mereka dengan tenaga kerjanya.

63 Ribu Buruh Pabrik Tekstil Terancam PHK, Ini Kata Apindo

Tercatat, sebanyak 40 orang tenaga kerja mereka dilaporkan secara resmi telah mereka berhentikan. Sedangkan satu perusahaan lainnya, pihak Disnakertrans hanya menerima laporan secara lisan saja.

"Jumlah karyawan total dari satu perusahaan itu adalah 100 orang, yang 60 sudah di-PHK, sisanya dirumahkan," kata dia.

Dengan kondisi perekonomian yang masih labil ini, ia tak menampik masih tingginya potensi PHK di Bantul. Hal itu, diakuinya, dengan masih banyaknya perusahaan di Bantul yang berkonsultasi dengan pihak Disnakertrans Bantul terkait kondisi keuangan mereka.

"Dari total seluruh perusahaan yang ada di Bantul, sekitar lima persen, keuangannya tidak sehat," ujar Annursina. (asp)

Ilustrasi/Bandara Adi Sutjipto

Menanti Pintu Gerbang Dunia di Kulonprogo

Sudah lama direncanakan, belum tereksekusi.

img_title
VIVA.co.id
8 Agustus 2016