Asosiasi Ritel Nilai Paket Kebijakan Jokowi Tidak Istimewa

Usaha ritel besar
Sumber :
  • Antara/Wahyu Putro
VIVA.co.id
Aprindo Jelaskan Soal Minimarket Mainkan Harga
- Pelemahan nilai rupiah hingga menyentuh Rp14.300 per dolar Amerika Serikat (AS) menyebabkan semua sektor Industri menjerit. Seperti di industri ritel, yang terhempas penurunan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga barang karena meningkatnya biaya operasional produsen. 

Jokowi: Tax Amnesty Jadi Jawaban Merebut Dana Investasi
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, mengkritisi kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah. Paket September tahap I produk Presiden Joko Widodo tidak ada istimewanya. 

Disindir Jokowi Soal Anggaran, Ini Kata Gubernur Aher
"Misalnya deregulasi, seluruh kebijakan yang dideregulasi ini kan berarti karena seronohnya mereka mengeluarkan aturan itu sebelumnya, sehingga diperbaiki. Nah ini kan akan diperbaiki lagi, keluar September atau Oktober. Nanti coba kita lihat apakah daya beli masyarakat akan membaik," ujar Tutum dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu 13 September 2015.

Dia mengatakan, bahwa pemerintah harusnya memikirkan paket kebijakan yang langsung dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Khususnya petani melalui peningkatan kesejahteraan petani, karena menurutnya, kesejahteraan petani adalah kesejahteraan bangsa.  

Selain itu, dia menjelaskan, jika sektor hulu sudah rusak maka tentu akan berdampak kepada industri ritel yang berada pada sektor hilir. Penurunan daya beli di sektor industri ritel, lanjut dia, adalah akibat gejolak harga dan kemampuan untuk membeli barang-barang yang tak memadai.

"Yang harus didorong adalah melalui teknologi, China, Thailand mungkin dulu pernah sama produksinya dengan kita. Tapi, sekarang meningkat, merek tetap, hasilnya bisa dua sampai tiga kali lipat dari Indonesia," tutur dia. (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya