Ekonomi Melambat, Pengusaha Ritel Klaim Tak Bisa Ekspansi

Riset: Evercoss Kuasai Pasar Ponsel RI di Kuartal Pertama 2015
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id
Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi
- Di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang hampir menembus angka Rp14.400 per dolar AS, telah menyebabkan sejumlah industri dalam negeri mengalami kerugian yang cukup signifikan.

Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
Mulai dari penurunan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga barang, sampai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi karyawannya untuk menutupi biaya operasional perusahaan.

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November
Melihat kondisi ini, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mendey, mengaku bahwa sampai saat ini, pihaknya belum melakukan PHK, meskipun industri ritel mengalami penurunan daya beli.

"Aprindo belum ada yang namanya PHK. Tetapi, industri produsen kami sudah dengar ada angka yang signifikan," ujar Roy, saat ditemui di kantor Badan Pusat Statistik, Jakarta Pusat, Senin 14 September 2015.

Roy menuturkan, dari data yang diterima oleh Aprindo, industri produsen ini sudah membebaskan tugaskan karyawannya sebanyak 300 ribu orang. 

"Total sudah ada 300 ribu yang PHK. Tapi di Aprindo, kami masih bisa bertahan dengan situasi seperti ini. Yang kami atur bukan PHK, tetapi pengaturan jam kerja," kata dia.

Pelemahan ekonomi dalam negeri ini, lanjut Roy, justru menghambat laju ekspansi industri ritel secara signifikan. Meski demikian, dia enggan membeberkan berapa angka yang menurun.

"Kami sekarang, justru tidak bisa berinvestasi di luar. Jadi, tidak bisa ekspansi. Investasi kami menurun sudah signifikan," ungkap Roy. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya