Dua Tahun ke Depan Bumi Makin Panas

Warga Prancis menyejukkan diri dari cuaca panas di Miroir d Eau, Bordeaux.
Sumber :
  • REUTERS/Regis Duvignau

VIVA.co.id - Peneliti mengingatkan dalam dua tahun ke depan akan . Peningkatan suhu ini dipengaruhi oleh munculnya fenomena El Nino, dengan dampak gas rumah kaca.

Diketahui, El Nino merupakan fenomena penyimpangan kondisi laut, yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik, sekitar Equator, khususnya di bagian tengah dan timur.

El Nino bagaikan dua mata koin, terkadang membantu menghangatkan atmosfer bumi, karena air dingin dari laut yang menyerap panas berlebih. Namun, terkadang pula membawa kondisi musim dingin yang ekstrem ke daratan Eropa bagian Utara.

Kombinasi kedua fenomena itu mendorong suhu global makin panas dibanding sebelumnya.

Dikutip Irish Examiner, Senin 14 September 2015, adanya fenomena alam tersebut juga membuat perubahan di belahan bumi lain. Misalnya di daerah Samudera Atlantik, dalam beberapa dekade ke depan akan makin dingin dan mungkin hadirnya musim panas yang kebih kering di Irlandia, Inggris, dan Eropa bagian utara.

"Secara global, sistem iklim bumi telah berada pada 'titik balik', dengan sejumlah perubahan besar terjadi sekaligus," ujat Adam Scaife, profesor peneliti pada badan pengamatan cuaca, Met Office, Inggris.

Laporan terbaru dari Met Office yang telah diuji peneliti luar oleh profesor Rowan Sutton dari Universitas Reading, Inggris menunjukkan dunia kini makin menghangat lagi.

Scaife mengatakan, para ahli tidak bisa memastikan peningkatan suhu ini apakah akhir dari penurunan kenaikan suhu global.

Diketahui, rata-rata suhu hangat dalam beberapa dekade dilihat mencapai pada tingkat tinggi, terutama pada akhir abad ke-20. Terlebih, dalam dua tahun ke depan.

Catatan peneliti menunjukkan pada 2014, 2015, dan 2016, suhu global mungkin mendekati tingkat rekor, yaitu 0,68 derajat celcius di atas suhu rata-rata 1961-1990.

Hal ini dipengaruhi fenomena El Nino, yaitu menghangatnya permukaan laut di Samudera Pasifik.

Tapi Scaife menekankan El Nino hanyalah 'tambahan' dari peningkatan suhu tersebut. Pendorong utama, kata dia, adalah aktivitas gas rumah akca manusia.

Sebelumnya, pada Mei 2015, Scaife bersama lembaganya memprediksi tahun ini akan mencatat rekor kenaikan suhu, yaitu 0,64 derajat celcius di atas normal dan suhu global yang lebih tinggi bila dibandingkan 2014. (asp)

Belasan Basis Militer AS Bisa Lenyap Akibat Perubahan Iklim
Para pengunjuk rasa membawa spanduk dalam demonstrasi perubahan iklim

Atasi Krisis Energi Harus dengan Kerja Lintas Sektoral

Ego sektoral masih menjadi problem bagi pemerintah daerah

img_title
VIVA.co.id
3 Agustus 2016