Produksi Meningkat, Impor Pangan Menurun

Petani di Malang
Sumber :
  • VIVAnews/Dyah Ayu Pitaloka
VIVA.co.id
Indonesia Terancam Krisis Petani
- Dalam waktu yang belum genap satu tahun, program pencapaian swasembada pangan telah menunjukkan kinerjanya yang cukup signifikan. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari “terobosan kebijakan” Menteri Pertanian setelah menelisik permasalahan dan kendala pembangunan pertanian khususnya pencapaian swasembada pangan. 

Kurang Tenaga Pertanian, Indonesia Darurat Pangan

Terobosan kebijakan tersebut antara lain adalah revisi Perpres Pengadaan Barang/Jasa dari semula tender menjadi penunjukan langsung dan menggunakan e-katalog, refocusing kegiatan dan anggaran untuk tujuh komoditas utama padi, jagung, kedelai, gula, daging sapi, bawang merah dan cabai, bantuan saprodi/benih tidak di lokasi existing, penerapan sistem reward and punishment, melepaskan ego-sektoral, mengawal dan mendampingi UPSUS secara masif, pengendalian impor untuk memberikan insentif kepada petani, melakukan evaluasi serapan anggaran harian/mingguan, antisipasi dini banjir, kekeringan & OPT, IB untuk 3,0 juta sapi dan sistem lelang jabatan secara murni.
Rutin Impor Daging Sapi, Solusi Turunkan Harga?


Dampak dari kebijakan tersebut memberikan hasil yang signifikan, yaitu produksi tujuh komoditas pangan utama meningkat dan impor menurun. Capaian tersebut tentu tidak terlepas dari keberhasilan Kementerian Pertanian dalam beberapa hal berikut, yaitu penyaluran benih/pupuk/alsin secara 6 tepat, luas tambah tanam meningkat, motivasi/semangat kerja meningkat, pekerjaan dilaksanakan secara bersinergi dan kompak, proses produksi optimal dan tepat waktu, produksi petani meningkat, terpantaunya progres dan solusi masalah secara langsung, risiko puso diminimalisir dan sistem promosi jabatan yang profesional dan transparan.


Melalui upaya khusus (UPSUS) percepatan pencapaian swasembada pangan yang didukung dengan terobosan kebijakan di atas telah memberikan dampak positif terhadap upaya percepatan peningkatan produksi dan swasembada pangan. Pelaksanaan program UPSUS yang hingga saat ini telah memecahkan beberapa permasalahan utama, yaitu jaringan irigasi yang 52 persen rusak, benih dan pupuk yang sering melanggar kaidah 6 tepat, keterbatasan alsintan dan penyuluhan yang belum optimal, telah berdampak pada peningkatan produksi.


Hingga saat ini, rehab jaringan irigasi yang telah mencapai 1,5 juta ha, distribusi bantuan alsintan 43.290 unit, dan optimasi lahan 1,2 juta ha diantaranya telah berdampak pada peningkatan tambah tanam padi seluas 494,4 ribu ha dan peningkatan produksi pangan utama.


Dari sisi capaian produksi pangan utama tahun 2015, berdasarkan Angka Ramalan I produksi padi diperkirakan sebesar 75,55 juta ton GKG, meningkat 4,71 juta ton GKG atau 6,64 persen dibandingkan tahun 2014.


Produksi jagung sebesar 20,67 juta ton pipilan kering, meningkat sebesar 1,66 juta ton atau 8,72 persen dibandingkan tahun 2014. Produksi kedelai diperkirakan sebesar 998,87 ribu ton biji kering, meningkat sebesar 43.869 ton atau 4,59 persen dibandingkan tahun 2014.


Produksi Gula diperkirakan sebesar 2,64 juta ton, naik 2.577 ton atau 0,1 persen dibanding tahun 2014. Produksi daging sapi dan kerbau sebesar 0,52 juta ton, meningkat 26.257 ton atau 5,28 persen dibanding tahun 2014. Produksi cabai rawit diperkirakan sebesar 814 ribu ton, meningkat 13.569 ton atau 1,7 persen dibandingkan produksi tahun 2014. Produksi bawang merah sebesar 1,3 juta ton, meningkat 65.286 ton atau 5,29 persen dibandingkan produksi tahun 2014. 


Secara ekonomi, kenaikan produksi padi, jagung dan kedelai nilainya masing-masing mencapai Rp24,28 triliun, Rp5,31 triliun dan Rp350 milyar. Kenaikan produksi terjadi karena adanya peningkatan luas panen dan peningkatan produktivitas, yang didukung oleh penyaluran benih, pupuk, dan alsintan secara tepat.


Jika dicermati importasi pangan utama, maka impor produk pangan utama tahun 2015 menurun jika dibandingkan tahun 2014. Impor beras pada 2014 mencapai 815.307 ton, namun hingga saat ini belum ada impor pada tahun 2015.  Demikian juga jagung, pada 2014 impor jagung mencapai 3,3 juta ton pada tahun 2015 hanya 1,6 juta ton.


Impor kedelai sebesar 5,8 juta ton pada 2014, pada 2015 sebesar 3,6 juta ton. Impor daging sapi sebesar 75.858 ton pada tahun 2014 menurun menjadi 24.199 ton pada tahun 2015. Impor gula putih sebesar 213.505 ton pada tahun 2014, pada tahun 2015 belum ada impor.  Penurunan impor pangan utama tersebut sebagai dampak dari meningkatnya ketersediaan akibat meningkatnya produksi.


Potret produksi dan importasi di atas juga bagian dari upaya penanggulangan dampak kekeringan akibat El Nino tahun 2015 sekarang ini. Kejadian El Nino moderat yang diprediksi masih menguat sampai dengan bulan Nopember 2015 diprediksi akan berdampak pada kekeringan dan puso pada pertanaman padi di beberapa wilayah.  Namun demikian melalui upaya penanggulangan kekeringan akibat El Nino yang didukung dengan terobosan kebijakan di atas memberikan dampak positif terhadap pengurangan areal pangan terkena kekeringan dan puso. 


Sering disalah tafsirkan bahwa seolah El Nino yang berdampak pada kekeringan berkepanjangan ini akan berdampak pada seluruh luas panen 14,1 juta ha.  Anggapan tersebut keliru. Faktanya adalah bahwa dari total luas panen padi 14,1 juta ha tersebut, seluas 78,4 persen telah berproduksi sebanyak 58,64 juta ton GKG pada periode Januari-Agustus 2015. Areal yang terdampak langsung El Nino hanya seluas 1,80 juta ha utamanya terjadi pada periode September-Oktober. 


Upaya penanggulangan kekeringan telah dilakukan dengan cara meningkatkan ketersediaan air melalui rehab jaringan irigasi tersier yang sampai dengan saat ini telah mencapai 1,5 juta ha dan pengembangan sumber-sumber air yang meliputi pembangunan 1.000 unit embung/dam parit, pembangunan long storage, pembangunan 1.000 unit sumur air tanah dangkal dan memberikan bantuan pompa air yang sampai dengan saat ini telah terealisasi sebanyak 21.953 unit. 


Dampak dari upaya penanggulangan kekeringan tersebut adalah terjadinya pengurangan luas pertanaman padi yang mengalami puso. Jika dibandingkan antara periode Oktober 2013-Agustus 2014 dan periode yang sama 2014/2015, maka pertanaman padi seluas 114,71 ribu ha dapat diselamatkan dari puso. Ini kerja nyata dan konkrit Kementerian Pertanian.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya