Transaksi di Bank, Dolar AS Sudah Tembus Rp14.500

Mata uang dolar AS.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
- Nilai psikologis rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang diperdagangkan di perbankan di Indonesia terus mengalami pelemahan. Kini, per satu dolar AS sudah tembus di level Rp14.500. 

Rupiah Masih Tertatih-tatih untuk Kembali Menguat
Berdasarkan situs resmi Bank Central Asia, yang dikutip VIVA.co.id pagi ini, Rabu 16 September 2015, kurs jual yang dipatok yaitu senilai Rp14.555 per dolar AS untuk transaksi di counter resmi bank itu. Sedangkan kurs beli yang ditetapkan senilai Rp14.255 per dolar AS. 

Bank Mandiri Jadi Penyalur Investasi Asing ke Daerah
Sementara itu di beberapa bank pelat merah, antara lain Bank Mandiri, berdasarkan informasi kurs pagi ini di situs resminya, dolar AS dijual seharga Rp14.450 per dolar. Harga beli yang ditetapkan yaitu Rp14.420 per dolar AS. 

Selain itu, di Bank Negara Indonesia (BNI), kurs dolar AS yang ditetapkan hari ini untuk transaksi jual senilai Rp14.495 per dolar AS. Sementara itu, untuk transaksi beli, dipatok Rp14.345 per dolar AS. 

Ekonom BCA David Sumual memprediksi, pergerakan nilai rupiah hari ini akan cenderung tertekan akibat sentimen global. Artinya, rupiah diperkirakan masih akan bertengger di zona merah.

Menurutnya, saat ini mata uang di seluruh dunia termasuk mata uang tanah air akan tertekan mengingat isu bank sentral AS (The Fed) yang akan mengarah pada kebijakan baru, di mana rencananya akan diumumkan di akhir minggu ini pada Kamis 17 September mendatang.

"Sentimen utama yang pengaruhi rupiah dari The Fed," ujarnya saat dihubungi VIVA.co.id.

David memperkirakan, rupiah hari ini masih bergerak melemah di kisaran Rp 14.380 - Rp 14.450

Analis NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada juga memperkirakan rupiah masih akan berada di zona merah seiring belum adanya sentimen positif yang dapat meyakinkan pelaku pasar akan perbaikan mata uang rupiah.

"Kian dekatnya rilis RDG (Rapat dewan Gubernur) BI dan FOMC (Federal Open Market Committee) meeting membuat volatilitas dolar kian meningkat dan bergerak naik. Imbasnya tentu ke nilai tukar Rupiah yang kian bergerak melemah," tambahnya.

Kata Reza, apalagi dari dalam negeri telah dirilis data neraca perdagangan namun, tampakya tidak terlalu mendapat respon positif pelaku pasar.

Selain itu, sentimen negatif juga datang dari berita terkait pertumbuhan kredit di Tiongkok, Brasil, dan Turki yang mengkhawatirkan dan laporan dari Bank for International Settlement, bahwa perbankan negara berkembang lebih rentan terhadap krisis. Hal itu memberikan tekanan pada sejumlah laju mata uang Asia, termasuk rupiah.

"Kami melihat masih adanya potensi akan berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah. Laju Rupiah di bawah target resisten (batas atas) Rp 14.380. Dan rupiah hari ini akan berada di kisaran Rp 14.385 - Rp 14.365," tuturnya. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya