Terus Tertekan Sentimen Global, Rupiah Bisa Tembus 16.800

Ilustrasi mata uang.
Sumber :
  • ANTARA/Rivan Awal Lingga
VIVA.co.id
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
- Analis PT Valbury Asia Securities, Nico Omer Jonckheree, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang saat ini melemah di level Rp14.442 per dolar AS, dalam jangka waktu ke depan berpotensi menembus level Rp16.800 per dolar AS.

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November
Omer mengungkapkan, angka tersebut menyamai dengan yang terjadi pada saat krisis moneter tahun 1998 silam. Perkiraan potensi kurs rupiah di level Rp16.000 per dolar AS, lantaran dipengaruhi oleh sentimen global.

Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
"Mostly pengaruh global, di antaranya devaluasi yuan, bisa ke arah sana, Rp16.800 per dolar AS, tapi masih jauh ya," ujarnya, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 16 September 2015.

Sementara dalam waktu dekat, kata Omer, rupiah diperkirakan akan mencapai Rp15 ribu per dolar AS. Namun, meskipun demikian, Omer mengatakan, bahwa hal tersebut tidak perlu direspons secara negatif.

"Tiap hari melemah dikit-dikit, menuju ke arah sana, Rp15 ribu per dolar AS sangat mungkin. Tapi ini hal baik, tidak perlu direspons negatif," tuturnya.

Sebab, Omer menuturkan, pelemahan mata uang bukan hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan mata uang negara lain di Asia juga mengalami pelemahan. 

Menurutnya, jika rupiah menguat sendirian justru menjadi tidak kompetitif.

"Kita tidak hidup sendiri, bersaing dengan negara lain, Thailand, Malaysia. Kalau mereka melemah, kita juga harus melemah," ujar dia.

Omer mengapresiasi kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Menurutnya, sikap yang saat ini diambil terbilang baik dalam menghadapi situasi saat ini agar tidak terjadi kepanikan di pasar. Cadangan devisa juga dinilai masih cukup.

"Gubernur BI tenang-tenang saja tidak panik, kalau terlihat panik bagaimana dilihat oleh pasar. Cadangan devisa masih di atas US$100 miliar, masih oke. Malaysia sudah di bawah itu, dulu di atas kita, sekarang di bawah kita," lanjut Omer. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya