Mentan Datang, Hujan Turun

Ilustrasi lahan
Sumber :
VIVA.co.id
Indonesia Terancam Krisis Petani
- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menanam padi di Desa Cubalak Air, Pariaman Utara, Selasa 5 September 2015. Ia gembira karena hujan telah membasahi Sumatera.

Kurang Tenaga Pertanian, Indonesia Darurat Pangan

“Syukur Alhamdulillah Pak, saya tadi tanam di Pariaman, hujan turun. Sumatera sudah basah, jangan sebut lagi El Nino,” kata Mentan.
Rutin Impor Daging Sapi, Solusi Turunkan Harga?


Menurut dia, El Nino telah jadi momok dan bisa menghancurkan pertanian. Ia sudah merilis sejak lama. Sumatera yang punya dua juta hektare sawah tidak terkena El Nino.

“Kini hujan sudah turun, ini saya di Pariaman,” kata Mentan.

Amran sedang menggerakkan 1.000 desa mandiri benih, karena dengan demikian petani tidak  akan kesulitan lagi mendapatkan benih berkualitas. Menteri ke sawah didampingi Walikota Mukhlis dan sejumlah pejabat terkait.


Anggaran

Anggaran pertanian sudah didrop ke daerah berlipat-lipat, jika produksi padi tidak meningkat lima persen saja, maka itu pertanda pemerintah setempat tidak bekerja. Konsekuensinya tahun depan tak ada jatah anggaran lagi.


Di Sumbar baru-baru ini delapan kabupaten/kota yang mampu meningkatkan produksi beras lima persen setiap tahun. Kabupaten/kota Dimaksud Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Dharmasraya, Pesisir Selatan, Kepulauan Mentawai, Bukittinggi dan Kota Solok. Daerah lain 11 kabupaten/kota jika tak bisa memacu pertumbuhan 5 persen, anggarannya akan diberikan untuk kabupaten/kota yang depalan itu.


Jika 11 kabupaten/kota itu tak dapat anggaran karena kesalahan kepala daerahnya, maka itu sebuah ironi.


“Kita sudah sepakat, setiap kabupaten/kota harus meningkatkan produksi beras,” ujar Mentan.


Mentan mengatakan, jika pada 2015 ini tidak tercapai jangan harap ada anggaran dari Kementerian Pertanian tahun esok. Sementara pada 2016 telah alokasikan anggaran Rp4 triliun untuk bantuan pertanian termasuk irigasi,” kata Mentan.


Langkah ini menurutnya guna memacu pertumbuhan produksi beras secara nasional. Karena tiap tahunnya pemerintah pusat memberikan bantuan dalam bentuk hibah senilai Rp100 miliar. Sementara hasilnya tidak juga dinikmati petani.


“Kita punya target swasembada beras 10 juta ton dalam tiga tahun. Untuk mendukung itu, pemerintah telah mengucurkan anggaran berlipat-lipat ke daerah. Kalau ada yang tenyata tidak mampu, anggaran bantuannya akan kita nolkan, kita alihkan ke daerah yang mampu meningkatkan beras. Ini adil,” katanya.


Secara nasional dari 500 lebih kabupaten/kota di Indonesia, 26 kabupaten/kota sudah resmi tidak mendapatkan jatah anggaran dari Kementerian Pertanian. Untuk itu anggaran tersebut akan didiskusikan dengan pemprov setempat untuk dimanfaatkan oleh kabupaten/kota tetangga yang mencapai target.


Khususnya di Sumbar higga triwulan ketiga, diperkirakan 11 kabupaten/kota dari 19 kabupaten/kota belum mencapai  target produksi 5 persen. Sehingga dengan sisa waktu tiga bulan diharapkan target tersebut dapat dicapai.


“Di Sumbar baru delapan yang mencapai target, sisanya masih belum,” ujarnya.


Sementara itu, dalam pembukaan Gelar Pangan Nusantara, Mentan Andi Amran Sulaiman memberikan penghargaaan kepada delapan kabupaten/kota yang mampu meningkatkan prduksi beras 5 persen setiap tahun.


Mentan menjelaskan, dalam mewujudkan swasembada beras terdapat 5 permasalahan, distribusi pupuk yang lambat, benih yang terlamba masuk, kerusakan irigasi, kekurangan tenaga penyuluh, hingga kurangnya alat produksi pertanian. Saat ini permasalahn telah berangsur-angsur diselesaikan.


Amran mengakui Indonesia masih kekurangan penyuluh hingga 20 ribu sementara penerimaan penerimaan penyuluh dilakukan pada 1980, sehingga pada saat ini tidak bisa lagi di lapangan. Untuk itu, secara perlahan akan memenuhi jumlah tersebut.


Menurutnya, hampir di seluruh daerah dahulu mengeluhkan distribusi pupuk, sekarang keluhan sudah berkurang, oknum pengoplos pupuk sudah ditangkap, ada 40-an orang pelakunya. Begitu pula dengan benih, irigasi seluas 3 juta ha rusak, sebagian sudah kita perbaiki. Kekurangan tenaga penyuluh sudah diminta bantuan babinsa TNI. Alat mesin pertanian sudah dikirim ke daerah yang jumlahnya saat ini mencapai 60 ribu unit.


“Tinggal lagi keseriusan daerah dan petani untuk mengubah pola pikir dalam bertani,”ujarnya,


Meningkat

Data Kementerian Pertanian, pada 2015 produksi beras mencapai 75,5 juta ton, naik sebesar 6,64 persen dibanding 2014 sebanyak 70,8 juta ton. Kenaikan produksi beras tersebut juga diikuti dengan produksi jagung dan kedelai, pada 2015 mencapai 20,6 juta ton naik sebanyak 8,7 persen dibanding 2014 sebanyak 19,0  juta ton. Begitu juga dengan kedelai naik 4,5 persen dari 954,9 ribu ton pada 2015 naik menjadi 998,8 ribu ton pada 2015.


Sementara dukungan peningkatan pemerintah menyalurkan 63.793 alat dan mesin pertanian (alsintan), merehabilitasi jaringan tersier irigasi seluas 2,6 juta ha, optimalisasi lahan seluas 1,03 juta ha dan menyalurkan bantuan dana alokasi khusus senilai Rp4 triliun.


Sekertaris Daerah Sumbar yang juga pelaksana tugas Gubernur Sumbar, Ali Asmar mengatakan perlu adanya evaluasi kepada 11 kabupaten kota mengapa tidak bisa mencapai target di atas 5 persen seperti yang dikomitmenkan kepada Kementerian Pertanian. Ada beberapa komoditas yang surplus di Sumbar seperti beras, umbi umbian, ikan, minyak sawit, gula merah, buah-buahan dan sayur mayur.


Diceritakan Sekda, berdasarkan kunjungan Menteri Pertanian pada 11 Desember 2014 ditetapkan target produksi di Sumbar pada tahun 2017 sebesar 3 juta ton, dirinci menjadi 2.650 juta ton tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut dilakukan berbagai kegiatan yaitu, rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi 71.280 ha, optimalisasi lahan 34.826 ha, pengembangan SRI 6.500 ha dan bantuan pupuk anorgani 8.565 ha.


“Dilanjutkan dengan pemberian traktor tangan 247 unit, pompa air 140 unit, bantuan benih padi 1,8 juta ton, pemberdayaan penangkar benih 150 ha, seribu desa mandiri benih (SDMB) 60 unit, gerakan PTT padi seluas 10.000 ha, fasilitas alsintan panen dan pasca panen 144 unit dan pengamanan produksi melalui kegiatan perlindungan tanaman serta pelatihan Babinsa, petugas petani dan pendamping oleh penyuluh, TNI dan mahasiswa” jelasnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya