- www.bbc.com
VIVA.co.id - Bocah usia 14 tahun Ahmed Mohamed telah menjadi embrio gerakan. Bocah yang ditangkap polisi Dallas, Texas, hanya karena membawa jam rakitan di sekolah itu melahirkan gerakan di media sosial dengan nama #IStandWithAhmed.
Tanda pagar tersebut ternyata diiniasi oleh seorang perempuan berjilbab, Amneh Jafari. Ia mengaku simpati dengan kejadian yang menimpa bocah tersebut.
Dikutip dari BBC, Kamis 17 September 2015, Jafari bersimpati dengan apa yang menimpa Ahmed dan kemudian menuliskan statud di Twitter.
"Jika namanya John ia akan dilabeli sebagai bocah jenius. Karena namnya Ahmed, dia dilabeli sebagai 'terduga'. #doblestandars#IStandWithAhmed," tulis Jafari saat pertama kali membuat tagar tersebut.
Tweet-nya di Twitter tersebut dalam waktu tidak lama mendapat respons retweet sebanyak 501 kali, hampir dua kali dari jumlah follower Jafari di Twitter.
Tagar kreasi Jafari pun akhirnya makin viral. Dalam 24 jam usai ia mengunggah tweet tersebut, lebih dari 700 ribu pengguna yang mendukung Ahmed di Twitter.
Jafari berharap bsia menciptakan tanda pagar yang bisa memiliki kekuatan untuk lahirnya sebuah dukungan, terutama dalam masalah diskriminasi ras. Ia mengatakan tanda pagar semacam ini tidak hanya ditujukan untuk Ahmed saja, tapi bisa ke semua orang yang mendapatkan diskriminasi.
"Saya merasa kata-kata tersebut telah memiliki makna yang kuat. Tidak hanya untuk Ahmed, tapi ini bisa untuk mendukung siapapun yang telah melawan diskiminasi agama, ras atau nama mereka," ujar wanita tersebut.
Jafari merupakan mahasiswa psikologi Universitas Texas Arlington (UTA), Wanita usia 23 tahun itu mengaku terkejut dengan penangkapan Ahmed yang tinggal di negara bagian yang sama dengan dirinya.
"Itu terjadi dekat dengan rumah," ujar anak tertua dari dua bersaudara yang seumuran dengan Ahmed.
If his name was John he would be labeled as a genius. Since its Ahmed he's labeled as a "suspect". #doublestandards #IStandWithAhmed
— Amneh Jafari (@AmnehJafari) 16 September 2015
Twitter Hadirkan #Blueroom di RI, Pertama di Asia Tenggara
Ruangan offline ini bisa dimanfaatkan untuk menciptakan konten.
