Menteri Saleh: Sudah 20 Tahun Industri Dirgantara Mati Suri

Gebyar Dirgantara
Sumber :
  • ANTARA/Iggoy el Fitra
VIVA.co.id
Garuda Jadi Maskapai dengan Protokol Kesehatan Terbaik di Dunia
- Menteri Perindustrian, Saleh Husin, menyatakan, dengan diresmikannya Indonesian Aircraft and Component Manufacture Association (Inacom), industri dirgantara nasional yang selama ini mati suri bisa dihidupkan kembali.

Garuda Luncurkan Layanan Penerbangan Vintage Era 70-an
Menurut Saleh, pada 1995, industri dirgantara Indonesia sempat menonjol di pasar internasional. Karena, saat itu, pesawat asli dalam negeri mulai berjaya di udara. Namun, setelah itu, industri dirgantara mati suri, karena semakin banyaknya komponen pesawat yang diimpor dari luar negeri.

AirAsia Tawarkan Tiket Rp299 Ribu ke Malaysia
"Dengan adanya asosiasi ini, harus lebih bergairah. Karena, nanti industri komponen dan pesawat akan kembali membuat Indonesia berjaya," ujar Saleh di kantor Kemenperin, Jakarta, Jumat 18 September 2015.

Untuk mengoptimalkan industri dirgantara dalam negeri, pemerintah diklaim memiliki peran yang besar. Sebab, pemerintah Indonesia melalui Garuda Maintenance Facility telah mengembangkan hanggar-hanggar pesawat di dalam negeri di Bandara Soekarno-Hatta sampai yang terbaru, yakni di Pulau Bintan. 

"Kami tahu, banyak sekali pesawat butuh direparasi, dan untuk kebutuhan komponen lari ke luar negeri. Oleh sebab itu, devisa kita banyak yang dibuang ke luar," katanya.

Dengan begitu, Inacom juga diharapkan bisa memaksimalkan produk-produk dalam negeri. Karena, saat mereparasi pesawat, nantinya tidak perlu impor kembali.

Selain itu, kata Saleh, kehadiran asosiasi ini dapat meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) hingga 60 persen. Harapannya, komponen pesawat nantinya akan dibuat di Indonesia.

"Saat ini, masih di bawah itu (60 persen TKDN) untuk sparepart-nya. Kami akan mendorong terus, kalau bisa sampai 60 persen. Dengan begitu, industri komponen di dalam negeri bisa kembali pulih. Dengan demikian, airline kita tidak harus ke luar negeri," kata dia.

Seperti diketahui, industri yang menempatkan mantan Presiden RI, BJ Habibie, sebagai dewan penasihat ini mempunyai nilai investasi Rp5,4 triliun, serta dengan penyerapan tenaga kerja 7.244 orang.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya