Mereka Pulang Demi Kampung Halaman

Wulan Tilaar
Sumber :
  • VIVA.co.id/Maya Sofia
VIVA.co.id
Terpopuler: Desta Puji Natasha Rizky sampai Tetangga Ayu Ting Ting Buka Suara
- Wulan Tilaar dan Bambang Gunawan. Keduanya barangkali tak punya kesamaan dari sisi profesi. Wulan yang menjabat sebagai Vice Chairwoman of Martha Tilaar Group bergerak di bidang kosmetik, sementara Bambang merupakan seorang dokter ginekologi. 

'Pemimpin Rambut Putih' Sowan ke Jokowi di Istana Negara Pagi Ini
Namun ada satu persamaan di antara keduanya. Sama-sama pulang dan membangun kembali kampung halaman mereka di Kebumen. 

Hari Kedua Pasca-Libur Lebaran, Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Kelima di Dunia
Dikenal juga sebagai putri Pendiri Martha Tilaar Group, Martha Tilaar, Wulan memang lebih banyak menghabiskan waktunya di kota besar. Soal Kebumen, tempat kelahiran sang ibunda, Wulan awalnya tak banyak mahfum.

Semuanya berubah tatkala Martha Tilaar membeli kembali rumah yang dahulu pernah ditempatinya selama 10 tahun di Gombong, Kebumen. Rumah yang terletak di Jl Sempor Lama No 28, Gombong itu, dibeli kembali sekitar tahun 2012.

Wulan pun berkesempatan menginjakkan kaki di kediaman leluhurnya tersebut. Meski demikian, ketika itu belum terbesit di benaknya untuk menjadikan rumah bersejarah itu sebagai rumah budaya.

Sang 'Mbah' lah yang kemudian ‘meyakinkan’ Wulan untuk membangun kembali kampung halaman ibundanya di Gombong, Kebumen. Mbah yang bernama Pranoto Liem (Mak Oco) itu -- istri dari Liem Siau Lam, nenek Martha Tilaar -- kerap hadir dalam mimpi Wulan.

"Dalam mimpi saya sering didatangi Mbah yang sedang berada di jendela. Persis di jendela kamarnya," ujar Wulan saat ditemui di Gombong, Kebumen, Sabtu, 19 September 2015.

Setelah mendapat 'kunjungan' dari sang Mbah, Wulan bertekad menjadikan rumah keluarganya sebagai rumah budaya yang bisa memperkenalkan sejarah leluhurnya serta lebih luas lagi soal Gombong.

Untuk mewujudkan hal ini dilakukanlah restorasi dan renovasi rumah selama dua tahun. Bangunan asli rumah bergaya Eropa tetap dipertahankan. Pohon-pohon tak banyak ditebang. Hanya benalunya saja yang dibuang.

Selain berhiaskan kaca patri, rumah yang kini dinamakan Roemah Martha Tilaar itu diisi dengan furnitur atau barang reproduksi dan  barang-barang antik. "Yang benar-benar otentik dan asli adalah arsitektur rumah," ucap wanita yang juga dipercaya sebagai Ketua Yayasan Warisan Budaya Gombong. 

Roemah Martha Tilaar akhirnya diresmikan pada 6 Desember 2014 oleh Martha Tilaar. Kini rumah tersebut ramai didatangi pengunjung dari berbagai daerah dan bahkan dari luar negeri.  

Pohon mangga yang rimbun siap menyambut  pengunjung saat memasuki pekarangan Roemah Martha Tilaar. Bentuk pohon ini cukup unik. Sebab, salah satu batangnya tumbuh ke arah samping.  

Roemah Martha Tilaar

Tampak depan Roemah Martha Tilaar di Gombong, Kebumen, Minggu (20/9/2015). Foto: VIVA.co.id/Maya Sofia

Pelataran depan Roemah Martha Tilaar bisa dikatakan cukup lapang. Mampu menampung setidaknya lima mobil dan beberapa motor. Seperti rumah Eropa pada umumnya, di Roemah Martha Tilaar juga berdiri tegak pilar bulat dan teras sebagai tempat untuk bersantai. Sebelum masuk ke dalam rumah, pengunjung harus meniti  sekitar  tiga buah anak tangga.

Suasana tempo dahulu sangat terasa saat memasuki teras. Lampu menggantung  di langit-langit, kursi dan meja kayu tertata rapi dengan hamparan lantai bermotif klasik. Di dinding teras, dipajang sebuah foto dan informasi mengenai Liem Siau Lam, buyut dari Martha Tilaar. 

Di masanya, keluarga Liem dikenal sebagai keluarga kaya di Gombong . Ia memiliki bisnis yang beragam. Menurut penuturan Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia, Kebumen, R Soenarto, Liem memiliki usaha peternakan yang memasok susu serta daging sapi bagi Belanda di Gombong, Van Der Wijk.

Pada  masa perjuangan, kediaman Liem Siau Lam yang kini lebih dikenal sebagai Roemah Martha Tilaar pernah digunakan sebagai pusat Palang Merah.  Nyaris satu abad berlalu, rumah itu pun beralih fungsi sebagai pusat pengembangan berbasis komunitas bagi masyarakat Gombong dan sekitarnya. Juga menjadi museum yang menampilkan perjalanan hidup Martha Tilaar beserta keluarga.

Beberapa benda peninggalan leluhur Wulan yang masih tersimpan apik dan bisa ditemui di rumah ini antara lain gaun pengantin bergaya Eropa milik eyang buyutnya.  Pengunjung akan dibawa kembali ke masa lalu saat memasuki kamar-kamar yang berada di Roemah Martha Tilaar. Masing-masing ruangan didekorasi seperti  kamar zaman dahulu.  

Mengusung empat pilar Martha Tilaar Group, yakni Beauty Education, Beauty Green, Beauty Culture dan Empowering Woman, rumah ini tak hanya sekadar bangunan ‘jadul’ dengan riwayat sejarahnya. Namun, menjadi tempat sejumlah kegiatan dan aktivitas, seperti lokakarya batik, pertunjukan kesenian, rumah sehat dan bakti sosial, serta festival hari bumi. 

Saat ini, program yang digalakkan Roemah Martha Tilaar adalah Kembali Pulang. Tujuan dari program tersebut mengimbau anak muda Gombong yang pergi merantau untuk kembali membangun daerah asalnya.

"Melalui program ini kita harapkan mereka mau kembali lagi dan membangun daerah," kata wanita yang bernama lengkap Wulan Maharani Tilaar. Meski tak menetap di Kebumen, Wulan kini masih kerap bolak-balik Jakarta-Gombong.

Selanjutnya.... (Menggali Potensi Lokal Lewat Kupu-kupu)


Menggali Potensi Lokal Lewat Kupu-kupu

Bila Wulan mengembangkan kampung halamannya dengan cara membangun sebuah rumah budaya, maka lain halnya dengan Bambang Gunawan. Pria kelahiran Kebumen ini memutuskan untuk menggali potensi lokal lewat kupu-kupu.

Sebagai dokter ginekologi di sebuah rumah sakit di Tangerang, Bambang merasa terpanggil membangun kembali tempat kelahirannya. Dan siapa sangka, ternyata kupu-kupu lah yang membawanya kembali ke kampung halaman. 

Selama ini, Bambang menyimpan kegundahan tentang tanah kelahirannya. Ia merasa kehidupan di Kebumen berjalan terlalu lambat. Bahkan sepanjang jalan menuju rumah tua peninggalan sang kakek,  terdapat kebun yang tumbuh tanpa perawatan.  Di bawah pepohonan berserakan ranting dan dedaunan. 

Berawal dari hal tersebut, ia mulai menggagas program Mandiri Membangun Desa (Gema Bangsa). Sebuah konsep bahwa perubahan signifikan hendaknya merupakan gerakan yang melibatkan semua komponen masyarakat.

Namun, rupanya mengubah pola pikir dan perilaku bukan hal yang mudah. Akhirnya metode petak contoh menjadi pilihan utama Bambang. Metode ini mengubah lahan kering tidak produktif milik pribadi menjadi kebun wanatani dengan tanaman pokok jati, kacang tanah, dan jagung. 

Upaya ini dianggap Bambang belum cukup untuk mengoptimalkan potensi lokal.  Ia pun memutar otak. Hasilnya, pada akhir tahun 2014, Bambang menelurkan konsep pengembangan wisata edukasi berbasis penangkaran kupu-kupu.

Hal ini bermula saat ia didatangi seorang insinyur pertanian yang mendalami soal insekta di Jepang. Insinyur itu berniat menernakkan dan melestarikan kupu-kupu. Bambang lalu meminta insinyur tersebut membuat database dengan cara survei.

“Selama satu tahun, dia survei di lima daerah Kebumen ini. Ternyata terbukti kita mempunyai lebih dari 130 spesies. Itu sudah terdokumentasi dan ada filmnya,” kata Bambang saat ditemui di Kebumen, 20 September 2015.

Berbekal informasi tersebut, Bambang membangun Alian Butterfly Park. Sebuah tempat wisata edukasi dan penangkaran kupu-kupu di Kecamatan Alian, Kebumen. Lokasinya terletak persis di seberang Pemandian Air Panas (PAP) Krakal. 

Pembangunan dimulai pada awal tahun 2015 dan hanya memakan waktu sekitar enam bulan. Tepat pada tanggal 11 Juni 2015, Alian Butterfly Park diresmikan. Namun baru dibuka untuk pengunjung pada 1 Juli 2015.

Alian Butterfly Park

Bagian dalam Alian Butterfly Park. Foto: VIVA.co.id/Maya Sofia

Bangunan Alian Butterfly Park sangat mudah ditemukan. Terletak di pinggir jalan raya, wujudnya yang tampak seperti benteng tersebut tampak mencolok dibandingkan rumah-rumah warga di sekitar.

Alian Butterfly Park dibangun di atas lahan seluas 900 meter persegi. Ia menyuguhkan wahana taman kupu-kupu hidup dan museum kupu-kupu dari seluruh Indonesia yang telah diawetkan. Di sini, pengunjung juga bisa melihat 18 spesies kupu-kupu asli Kebumen, termasuk Troides helena.

Lihat videonya di

Di belakang PAP Krakal, pengunjung dapat menjelajahi areal terbuka seluas 30.000 meter persegi. Lahan tersebut  ditanami sekitar 3.000 tanaman.  Salah satunya kaliandra yang merupakan makanan ulat.  Kini, keinginan Bambang tak muluk-muluk. Ia berharap, ke depannya masyarakat bisa menikmati taman kupu-kupu di areal terbuka tersebut.

“Untuk bisa terbuka syaratnya cuma dua. Makanan tersedia dan kupu-kupu merasa aman. Kita sedang persiapkan,”  ujarnya.

Bambang juga berharap, Alian Butterfly Park tak hanya sebagai lokasi ‘berselfie’, melainkan sebagai tempat edukasi.  Rencananya, ia akan melengkapi taman  tersebut dengan teater sehingga pengunjung bisa menyaksikan video berisi informasi tentang kupu-kupu di dalam ruangan.

“Kita mulai dengan mencari apa yang kita punya dan marilah kita berbuat dengan apa yang kita bisa,” ucapnya. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya