Rupiah Melemah, Perusahaan Makanan Siap Naikkan Harga

Sidak mamin di Hypermart Depok Town Square.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Zahrul Darmawan
VIVA.co.id
Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
- Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMI), Adhi S. Lukman mengatakan, pihaknya saat ini tengah menimbang untuk menaikkan harga jual produk kepada masyarakat apabila tren pelemahan rupiah terus berlanjut.

Rupiah Masih Tertatih-tatih untuk Kembali Menguat
Berdasarkan survei yang dilakukan asosianya, apabila rupiah menyentuh level Rp15 ribu, bukan tidak mungkin sejumlah perusahaan manufaktur akan menaikkan harga jual.

BI: Ekonomi RI Bakal Tumbuh Lagi di Kuartal Ketiga
"Kami melakukan simulasi bisa tahan sampai berapa (rupiah),  Rp15 ribu itu sudah maksimum. Toleransinya segitu, dan jangan lebih dari itu. Kalau lebih, kami akan naikkan harga," kata Adhi saat ditemui di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta Selatan, Jum'at 25 September 2015.

Menurutnya untuk tahun ini, pihaknya memang belum berencana menaikkan harga. Sebab, perekonomian yang tengah lesu telah menyebabkan daya beli masyarakat cenderung menurun akibat beberapa harga bahan baku lain telah mengalami lonjakan terutama di sektor pangan.

"Kami tidak bisa naikkan dalam kondisi sekarang. Kalau naikkan harga, makin berat. Jadi sekarang, perusahaan hanya mengefisiensikan diri," kata dia.

Karenanya dia berharap, paket deregulasi yang diluncurkan pemerintah mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian dalam negeri. Terutama dalam hal meningkatkan kembali daya beli masyarakat.

"Mudah-mudahan tahun depan kami bisa review harga lagi. Semoga saja paket deregulasi bisa jadi stimulus untuk tingkatkan daya beli lagi. Tahun depan, mau tidak mau kami naikkan harga," ujar dia.

Meski demikian, Adhi menampik bahwa GAPMI mendorong perusahaan yang bernaung di asosiasinya untuk ikut menaikkan harga. Menurut Adhi, kebijakan ini tergantung dari setiap perusahaan. Terutama yang masih mengandalkan impor bahan baku.

"Asosiasi tidak mengatur itu. Tentunya semua tergantung kebijakan masing-masing. Ini akan berat terutama bagi yang sebagian besar tergantung impor. Harus pandai-pandai menyelamatkan industrinya," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya