El Nino 2015 Lebih Kuat dari El Nino 1997

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman
Sumber :
VIVA.co.id
Indonesia Terancam Krisis Petani
- Musim kemarau tahun 2015 ini menunjukkan gejala el nino yang diyakini sama bahkan lebih kuat dari el nino yang terjadi pada tahun 1997. Kejadian el nino tahun 1997 mengakibatkan areal pertanaman padi terkena kekeringan 517.614 ha dengan puso 87.099 ha dari luas tanam total 11,13 juta ha.  Akibat El-nino 1997, Indonesia mengimpor beras pada tahun 1998 sebesar 7,1 juta ton.

Rutin Impor Daging Sapi, Solusi Turunkan Harga?

Tidak seperti el nino tahun 1997, el nino 2015 belum menyebabkan pemerintah melakukan impor beras.  Hal ini terlihat bahwa sejak bulan Januari 2015 - September 2015 tidak ada impor beras medium untuk konsumsi masyarakat.
Jokowi Tak Puas Harga Beras Cuma Turun 1,1 Persen


Kondisi stok beras pemerintah yang ada di Bulog September 2015 ini sebesar 1,7 juta ton yang cukup untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 5 bulan ke depan. Hal ini terjadi berkat kerja keras semua pihak dalam meningkatkan produksi beras melalui program Upsus (Upaya Khusus) yang digerakkan oleh jajaran Kementerian Pertanian RI yang bersinergi dengan instansi-instansi terkait baik secara horizontal maupun vertikal.


Membangun pertanian merupakan tantangan tersendiri, karena melibatkan 26 juta rumah tangga petani dengan luas kepemilikan lahan usaha yang sempit rata-rata 0,3 ha dan modal yang sangat terbatas.  Namun demikian, prestasi Upsus Kementerian Pertanian tahun 2015 dengan semangat kerja, kerja dan kerja mampu menggenjot produksi tanaman pangan secara signifikan. 


Data ARAM-I BPS tahun 2015 menunjukkan bahwa produksi padi 75,55 juta ton atau naik 6,64 persen dibandingkan 2014, jagung 20,67 juta ton (naik 8,72 persen) dan kedelai 999 ribu ton (naik 4,59 persen). Lebih dari itu, prestasi yang patut dicatat dari Upsus Kementerian Pertanian adalah bahwa kenaikan produksi padi, jagung dan kedelai terjadi secara bersamaan (merupakan fenomena yang baru terjadi), dimana sebelumnya jika produksi padi meningkat akan menekan produksi jagung dan atau kedelai atau sebaliknya jika produksi jagung dan atau kedelai naik maka produksi padi turun. 


Prestasi fenomenal Upsus Kementerian Pertanian RI terjadi akibat kebijakan-kebijakan terobosan yang dilakukannya antara lain, pada anggaran tahun 2015 penyaluran bantuan sarana produksi/benih dan alsintan (alat mesin pertanian) tidak dilakukan dilokasi existing (petani sudah mendapatkan bantuan saprodi dan alsintan), tetapi harus di areal yang baru (petani belum terima bantuan saprodi dan alsintan) dalam rangka meningkatkan Indek Pertanaman (IP), di lahan suboptimal dalam rangka optimasi lahan terlantar dan di lokasi lahan yang produktivitasnya masih rendah, rendah dalam rangka peningkatan produktivitas, sehingga produksi secara keseluruhan akan meningkat.


Kebijakan-kebijakan terobosan lain adalah reward and punishmant bagi daerah yang kinerja produksinya menurun dari tahun sebelumnya, dimana daerah tersebut tidak lagi dialokasikan anggaran pada tahun berikutnya.  Selanjutnya, kebijakan merevisi Perpres tentang pengadaan barang dan jasa dimana sebelumnya benih, pupuk dan alsitan sebagai sarana produksi pengadaannya dilakukan secara tender, menjadi penunjukan langsung dan e-katalog, sehingga penyediaan sarana produksi tepat waktu mengingat umur tanaman pangan yang sangat pendek.


Kebijakan lain adalah melakukan refokusing anggaran untuk kegiatan yang tidak prioritas seperti rapat, seminar, perjalanan dinas direlokasi menjadi kegiatan perbaikan jaringan irigasi, pengadaan traktor, pompa air, pupuk dan benih yang sangat dibutuhkan petani. Kebijakan operasional yang sangat menunjang produktivitas pengelolaan Upsus antara saat ini tidak ada lagi ego-sektoral, dimana semua instansi terkait baik horizontal maupun vertical bekerjasama secara sinergi dan bersama-sama melakukan pengawalan dan operasionalisasi Upsus yang tidak kalah kontribusinya adalah pendampingan petani secara masif serta dilakukan pemantauan kinerja secara intensif (harian/mingguan) terkait dengan realisasi tambah tanam dan serapan anggaran.


Mengantisipasi el nino 2015 yang diperkirakan kuat, Kementerian Pertanian RI telah melakukan berbagai kegiatan mitigasi dampak kekeringan. Setidaknya Kementerian Pertanian telah melakukan antisipasi dini dengan menyalurkan bantuan pompa air 21.953 unit di daerah-daerah dekat sumber air, bekerjasama dalam pembangunan waduk, pembangunan sumur air dangkal 1.000 unit di Timor Tengah Selatan dan 1.000 unit di Grobogan, pengaturan air waduk malalui pengelolaan gilir -giring air, melakukan hujan buatan dan lainnya. Langkah antisipasi dini lain adalah menggenjot penanaman padi di lahan rawa lebak dan pasang surut pada wilayah utara garis khatulistiwa (Sumatera dan Kalimantan) yang saat ini masih tersedia air. 


Melalui Upsus dan antisipasi dini untuk mitigasi dampak kekeringan el nino 2015 diharapkan angka produksi tanaman pangan ARAM-I BPS 2015 dapat dicapai.  Setidaknya jika dampak el nino 2015 berpengaruh pada produksi tanaman pangan, melalui serangkaian tindakan mitigasi yang telah dilakukan, produksi tanaman pangan nasional khususnya beras masih di atas tingkat kebutuhan nasional sehingga tidak diperlukan pengadaan beras dari luar negeri (impor). 


Impor memang bukan sesuatu yang tabu, sebagaimana Undang-undang Pangan mengatakan bahwa impor merupakan alternatif akhir.  Namun impor pangan yang tidak cermat akan berdampak menciptakan ketergantungan, merugikan petani dalam negeri, mengancam kedaulatan pangan dan menyuburkan rent seeker.


Sikap pemerintah menghadapi musim kemarau 2015, akankah seperti mensikapi musim kemarau 1997 tentu membutuhkan argumen yang kuat. Momentum nasional yang sangat penting berkaitan dengan penentuan posisi pemerintah tersebut adalah Sidang BPS yang menentukan produksi padi, jagung dan kedelai ARAM-II 2015 yang akan diselenggarakan bulan Oktober 2015. 


Jadi mari kita tunggu.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya