- VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id - PT Indosat Tbk mengaku nilai tukar mata uang Garuda yang terus menerus terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat, memaksa perseroan mengurungkan rencana mengonversi utang valuta asing ke rupiah.
Semula, Indosat berencana mengonversi utang valas hingga US$200 pada tahun ini.
"Angka itu belum final, tergantung nilai rupiah. Kami khawatir rupiah turun terus ke Rp15 ribu, atau Rp16 ribu," ujar Presiden Direktur Indosat Alexander Rusli di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Rabu 30 September 2015.
Rusli mengungkapkan, utang valas Indosat sudah mencapai 50 persen dari total kewajiban. Artinya, ada potensi risiko selisih nilai tukar. Karena itu, Indosat sempat merencanakan perubahan komposisi menjadi 20 persen utang dalam bentuk valas.
Rusli menjelaskan, rencana tersebut disikapi perseroan dengan meningkatkan penghimpunan dana dalam bentuk rupiah. Namun, saat ini, depresiasi rupiah justru terjadi secara gradual dan masih dalam tren melemah.
Sehingga, menurutnya, ketidakpastian potensi pembalikan arah menguat pada rupiah telah memaksa Indosat untuk menunda rencana konversi tersebut.
"Kami sedang menunggu. Sebab, kalau ditukar sekarang, akan terjadi kerugian saat itu juga," tuturnya. (asp)