Sumber :
- VIVA.co.id/Andry Arifin
VIVA.co.id
- Pemerintah Sri Lanka mengatakan tengah membuka lowongan kerja bagi algojo yang melakukan eksekusi mati di tiang gantung. Sebab, algojo sebelumnya mengaku stress ketika melihat tiang gantung untuk kali pertama.
BBC edisi Kamis, 15 Oktober 2015 melansir saat membuka lowongan pekerjaan, pemerintah hanya menjelaskan calon pelamar hanya akan mengerjakan pekerjaan administratif yang ringan.
"Tetapi, seandainya pemerintah ingin melakukan eksekusi, kita seharusnya juga siap-siap," kata Komisioner Lembaga Pemasyarakatan, Rohana Pushpakumara.
Saat ini, terdapat 1.116 narapidana yang divonis hukuman mati. Tetapi, dalam 40 tahun terakhir, Sri Lanka tidak lagi melakukan eksekusi mati. Bahkan, pada bulan lalu, Sri Lanka secara resmi mengakui tidak lagi melakukan hukuman mati.
Walau begitu, mulai ada seruan kembali untuk menghidupkan eksekusi mati, khususnya usai terjadi peningkatan tajam terhadap tindak kejahatan pencabulan anak, pemerkosaan, pembunuhan dan penyalahgunaan narkoba sejak perang sipil tahun 2009.
Pekan lalu, pemerintah menyatakan dengan jelas, mereka menentang hukuman mati. Walaupun, Presiden Sri Lanka, Sirisena, mengatakan akan mendukung pelaksanaan hukuman mati, seandainya parlemen menyetujui keputusan itu, sebab hal tersebut atas desakan publik.
Pada praktiknya, dari 24 pelamar posisi itu, hanya 14 orang yang hadir ketika dilakukan wawancara. Salah satu pelamar mengaku geram terhadap tindak perdagangan narkoba, pembunuhan dan pemerkosaan terhadap anak-anak.
Baca Juga :
Heboh Bule Nyanyikan Lagu Gombloh dengan Merdu
"Jadi, saya tidak akan ragu-ragu ketika diminta untuk mengeksekusi penjahat semacam itu," kata pelamar tersebut.
Baca Juga :
Merasa Gatal, Ternyata Ada 26 Kecoa di Telinga
Dia bahkan menekankan, jika lapas tak memberlakukan hukuman mati, maka sang algojo akan berhenti bekerja. Sementara, pelamar yang lain mengatakan sengaja melamar pekerjaan itu karena beban kerjanya tidak berat.
"Bahkan, seandainya mereka menginginkan saya untuk mengeksekusi seseorang, saya tetap siap. Tetapi, sepertinya kecil kemungkinan akan ada eksekusi," kata dia.
Naik Uber Saat Mabuk Ditagih Ongkos Rp23 Juta
Kenny Bachman sedang kongko dengan kawan-kawan saat mau pulang.
VIVA.co.id
6 Maret 2018
Baca Juga :