Moody's Pangkas Proyeksi Harga Minyak Mentah 2016

ilustrasi pompa minyak.
Sumber :
  • REUTERS/Lucy Nicholson/Files
VIVA.co.id
Produksi Gas PHE Lampaui Target 2016, Ini Pendorongnya
- Lembaga pemeringkat internasional Moody's memangkas proyeksi harga minyak mentah tahun depan, baik produksi Amerika Serikat (AS) yaitu West Texas Intermediate (WTI) atupaun dari lapangan minyak Brent di Inggris. 

Harga Minyak Dunia Turun, Pasar Khawatir Stok Melimpah
Dilansir dari CNBC, Selasa 20 Oktober 2015, Moody's menjelaskan, pemangkasan itu dilakukan karena kelebihan pasokan minyak mentah pada tahun depan tidak menunjukan tanda-tanda akan berkurang. Sementara itu permintaan minyak diperkirakan juga belum membaik. 

Bakrie Dapat Proyek Rp1,4 Triliun di Blok Madura
Tahun depan, proyeksi harga WTI dipangkas menjadi US$48 per barel dari US$52 per barel. Minyak Brent diperkirakan akan berada di level US$53 per barel turun dari US$57 per barel saat ini.

OPEC memperkirakan permintaan minyak mentah akan bertambah tahun depan. Karena itu Moody's mengharapkan, kedua harga tersebut naik US$7 per barel pada 2017. 

"Kami percaya bahwa harga minyak akan tetap rendah untuk jangka waktu lama. Meskipun pasokan harus mulai drop karena penurunan belanja modal, peningkatan ekspor Iran bisa menempatkan tekanan tambahan pada harga minyak pada 2016," ujar Managing Director of Corporate Finance di grup itu, Steve Wood. 

Harga minyak mengalami penurunan pada awal pekan ini menyusul negatifnya data ekonomi dari China. Di dunia, negara pengimpor energi terbesar itu mengalami pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam enam tahun terakhir pada kuartal tiga tahun ini. 

Minyak Brent untuk pengiriman Desember jatuh lebih dari US$1 per barel atau 2,3 persen, menjadi US$49,31 per barel di perdagangan kemarin sore waktu London. WTI untuk pengiriman November turun 74 sen, atau 1,6 persen, menjadi US$46,44 per barel, sedikit naik dari kerugian sebelumnya.

Sebagai informasi, harga minyak telah runtuh mencapai titik US$120 per barel pada bulan Juni tahun lalu ke posisi terendah dari sekitar US$40 per barel pada bulan Agustus lalu.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya