Kereta Cepat Batal, Minat Investasi Jepang Tetap Tinggi

Franky Sibarani.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

VIVA.co.id - Keputusan pemerintah terkait pembangunan kereta cepat oleh investor Tiongkok tidak membuat investor Jepang menarik diri. Hal ini dibuktikan dengan daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan investasi masih menjadi magnet bagi investor Jepang. 

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, dalam satu bulan terakhir, dua gubernur prefektur di Jepang melakukan misi investasi dan  menyampaikan apresiasinya terhadap layanan investasi di Indonesia.

Kepala BKPM, Franky Sibarani, menyatakan, pihaknya telah menerima kunjungan Gubernur Prefektur Aichi, Hideakhi Ohmura. Sebelumnya, Gubernur Prefektur Okayama, Ryuta Ibaragi, juga mengunjungi BKPM dan kementerian terkait di Indonesia.

"Gubernur Okayama juga menyampaikan minat perusahaan-perusahaan industri komponen asal Prefektur Okayama untuk melakukan ekspansi ke Indonesia," ujar Franky dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa 20 Oktober 2015.

Franky menjelaskan bahwa kunjungan yang dilakukan oleh dua gubernur prefektur tersebut memiliki arti strategis. Itu menunjukkan Jepang masih punya minat yang tinggi berinvestasi di Indonesia.

Dalam  pertemuan dengan Gubernur Aichi, Franky menyampaikan proses perbaikan terkait kebijakan layanan investasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Antara lain, pelayanan izin investasi tiga jam dan kebijakan pengupahan buruh yang lebih pasti.

"Kita juga menyampaikan beberapa layanan yang dapat dimanfaatkan oleh investor Jepang di antaranya Japan Desk yang ada di BKPM, serta tim petugas marketing yang ditugaskan khusus untuk memfasilitasi, dan membantu para investor Jepang yang akan berinvestasi di Indonesia," katanya.

Cari Data Investasi Lebih Akurat BKPM Gandeng BPS

Ratusan Perusahaan Jepang Beroperasi di Indonesia

Gubernur Prefektur Aichi, Hideakhi Ohmura, mengakui minat investasi perusahaan-perusahaan yang ada di wilayahnya untuk  melakukan ekspansi ke Indonesia masih tinggi. Selama lima tahun terakhir, dia memastikan ada 164 perusahaan (200  pabrik) berasal dari Prefektur Aichi yang beroperasi di Indonesia.

"Jumlah tersebut berarti dua kali lipat dari kondisi lima tahun yang lalu. Contohnya adalah perusahaan Toyota yang sudah melakukan beberapa kali  perluasan. Dan saat ini sedang membangun industri mesin otomotif di Jawa Barat yang ditargetkan untuk beroperasi di tahun 2016," kata Ohmura.

Ohmura menambahkan bahwa selain Toyota, perusahaan lain asal Prefektur Aichi akan mengerjakan proyek MRT. Perusahaan tersebut akan menyediakan 96 kereta bawah tanah bekerja sama dengan perusahan lokal.

"Akan ada perusahaan manufaktur lain yang akan masuk, mohon bantuannya agar BKPM dapat membantu dan melakukan penyederhanaan izin," jelasnya.

Tak hanya itu, kata Ohmura, masuknya perusahaan dari Prefektur Aichi tersebut dapat meningkatkan investasi karena pihaknya terus mendukung pertukaran informasi antara kedua belah pihak.

Seperti diketahui, dari data  BKPM periode 22 Oktober 2014 hingga 9 Oktober 2015, tercatat minat dan komitmen investasi Jepang mencapai US$22,6 miliar.
Dari jumlah tersebut, yang sudah memiliki izin prinsip mencapai US$10,1  miliar dengan jumlah mencapai delapan proyek.

Sementara minat yang dikategorikan serius nilainya mencapai US$ 3,06 miliar dari 19 proyek yang diharapkan dapat segera direalisasikan menjadi izin prinsip. (one)

Realisasi Investasi Kuartal II Capai Rp151,6 Triliun
Kerjasama BKPM dan Bank Mandiri

BKPM Gandeng Bank Mandiri untuk Tampung Dana Investor

Indonesia diyakini bakal terus kebanjiran investasi asing.

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016