NASA Rekam Gambar Asap Tebal 'Hapus' Peta Kalimantan

Gambar asap Kalimantan hasil observasi NASA
Sumber :
  • Nasa Observatory
VIVA.co.id
Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?
- Kebakaran hutan yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia semakin mengeluarkan asap tebal. Pusat Observatorium NASA mempublikasikan gambar tebalnya asap, yang hampir menyembunyikan Kalimantan dari peta Indonesia.

Satelit Lapan Deteksi 232 Hotspot Jelang Puncak Kemarau

Dikatakan dalam laman Observatori Bumi milik badan luar angkasa Amerika itu, asap tebal semakin melebar akibat kebakaran gambut di Kalimantan. Gambar itu memperlihatkan kondisi Kalimantan dari atas langit, pada 19 Oktober 2015.
Jelang Puncak Kemarau,Titik Api di Sumatera Meningkat


"Garis merah menunjukkan titik api yang berhasil dideteksi oleh sensor. Ini mengesankan suhu permukaan yang luar biasa panas akibat dari kebakaran. Asap melayang di atas pulau dan memicu peringatan kualitas udara dan kesehatan di wilayah itu, dan negara tetangga. Awan kumulus kecil terlihat di sepanjang pantai selatan Kalimantan," tulis pihak NASA dalam situs tersebut, seperti dikutip
VIVA.co.id
, Rabu, 21 Oktober 2015.


Menurut pemaparan NASA, kebakaran gambut memang sulit untuk dipadamkan. Hal ini dikarenakan titik api biasanya bersembunyi di bawah permukaan selama berbulan-bulan. Dibandingkan dengan jenis kebakaran lain, kebakaran gambut mampu melepaskan polutan tertentu dalam jumlah besar.


"Kebakaran lahan gambut mampu mengeluarkan karbon monoksida tiga kali lebih banyak, dan gas metan 10 kali lebih besar ketimbang kebakaran padang rumput. Bahkan menurut ilmuwan Guido van der Werf dari Vrije Universiteit Amsterdam, kebakaran di Indonesia telah mengeluarkan sekitar 1,1 miliar ton karbon dioksida setahun belakangan. Angka ini lebih besar dari rata-rata emisi yang dihasilkan Jerman," ungkap NASA.


NASA mengatakan, sensor yang digunakan pihaknya berupa teknologi pencitraan Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (Modis), mengandalkan satelit Terra dan Aqua. Teknologi itu mendeteksi kebakaran di Sumatera bagian selatan sejak awal September.


"Diperkirakan, kebakaran hutan akan terjadi sampai datang musim hujan, sekitar akhir Oktober. Sayangnya, musim kering diprediksi berlangsung lebih lama di Indonesia tahun ini, akibat fenomena El Nino yang berasal dari Laut Pasifik," ujar NASA.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya