VIVA.co.id - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada hari ini, Rabu 21 Oktober 2015, diperdagangkan di atas Rp13.700 per dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, menyatakan pelemahan rupiah merupakan cerminan fundamental ekonomi dalam negeri dan terutama kondisi ekonomi global.
Meski begitu, dia menegaskan penurunan nilai tukar rupiah tersebut masih aman bila dibanding dengan negara lain. Negara Brasil, Turki, Afrika Selatan, dan Rusia mengalami volatilitas mata uang yang lebih tinggi.
"Nilai tukar selalu mengenai supply (pasokan) dan demand (permintaan). Jadi, kalau sekarang fluktuasi kita di bawah 10 persen, itu bukan suatu fluktuasi yang terlalu buruk. Jadi, artinya secara umum masih bisa diterima kalau dibandingkan dengan mata uang lain," katanya di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta.
Dia menegaskan, BI terus mewaspadai faktor ekonomi global, terutama terkait perkembangan ekonomi Tiongkok, kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), dan harga komoditas dunia yang terus terkoreksi.
Seperti diketahui pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III sebesar 6,9 persen, itu merupakan tingkat terendah sejak 2009.
"Secara umum, angka 6,9 persen itu lebih baik daripada perkiraan pasar yang 6,8 persen. Itu, tentu satu hal yang tidak seperti yang diperkirakan," katanya. (asp)