Saham Kesehatan Picu Pelemahan di Bursa Wall Street

Sumber :
  • REUTERS/Brendan McDermid
VIVA.co.id
Wall Street Catat Rekor Anjlok Terlama Sejak Krisis 2008
- Bursa Wall Street jatuh pada perdagangan Rabu atau Kamis waktu Indonesia. Penurunan tajam terjadi pada saham kesehatan terutama saham Valeant Pharmaceuticals selain itu turunnya harga minyak mentah. 

Harga Minyak Melemah, Bursa Wall Street Melemah
Dilansir dari Reuters, Kamis 22 Oktober 2015, saham Valeant Pharmaceuticals AS jatuh ke intraday rendah ke level US$88,50 merupakan terendah sejak Oktober. Perusahaan membantah tuduhan itu. 

Saham di Wall Street Ditutup Sedikit Menguat
Indeks saham Dow Jones Industrial Averange turun 48,5 poin atau 0,28 persen ke 17.168,61. S&P 500 kehilangan 11,83 poin atau 0,58 persen ke 2.018,94 dan Nasdaq Composite turun 40,86 atau 0,84 persen ke 4.840,12.

Berita tersebut juga menyeret turun saham kesehatan lainnya termasuk Allergan turun 1,7 persen menjadi US$259, Endo Internasional turun 13,3 persen menjadi US$54,46, meskipun kedua perusahaan berusaha untuk meredakan kekhawatiran tentang penggunaan apotek khusus.

Saham di sektor kesehatan lainnya adalah asuransi Aetna, Humana, Anthem dan Cigna  yang jatuh sedikitinya tiga persen setelah calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton mengatakan agar ketiga perusahaan tersebut melakukan merger. 

Penurunan harga minyak mentah membebani S & P 500 sektor energi, yang jatuh satu persen. 

"Persediaan minyak naik cukup sedikit, sehingga energi turun dan terbebani pasar awal," kata  Bucky Hellwig, Senior Vice President BB & T Wealth Management di Birmingham, Alabama.

Menambah data negatif,  saham Yahoo saham turun 5,2 persen menjadi US$31,12, sehari setelah perusahaan menyampaikan laporan laba kuartalan perusahaan.

Di sisi positifnya, saham General Motors naik 5,8 persen menjadi US$35,42, sementara Boeing naik 1,7 persen menjadi US$141,19. Saham Ferrari naik 5,8 persen menjadi US$55.

Sekitar 6,8 miliar saham diperjualbelikan di bursa AS, dibandingkan dengan 7,3 miliar rata-rata harian selama 20 hari perdagangan terakhir, menurut data Thomson Reuters. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya