Sambut MEA, Industri Udang RI Punya Masalah Besar

udang galah dbudidayakan dalam empang di Pasuruan
Sumber :
  • Antara/ Musyawir

VIVA.co.id - Dengan iklim tropis yang hangat dan garis pantai sepanjang 81.000 km, Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang sangat tinggi di sektor budidaya perairan, khususnya industri udang. Namun, ada tiga faktor utama yang menghambat potensi laju industri ini di tengah Indonesia menyongsong terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada Desember mendatang.

Ipsos, perusahaan riset pasar independen yang berpusat di Hong Kong, mencatat ketiga faktor tersebut adalah yakni rendahnya tingkat penerapan teknologi, pembangunan infrastruktur yang tidak merata di berbagai sentra tambak udang dan kurangnya integrasi antara pemroses di hilir dan petambak di hulu.

Juanri, Konsultan di Ipsos Consulting Indonesia menyebutkan bahwa menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 80 persen dari entitas budidaya perairan di Indonesia masih menjalankan praktik pertanian tradisional atau ekstensif bahkan hingga tahun lalu.

"Agar tetap kompetitif, budidaya perairan di Indonesia harus mengadopsi peralatan dan teknik produksi yang modern. Namun, mayoritas pelaku budidaya perairan terdiri dari industri rumah tangga yang mungkin tidak memiliki modal dan keterampilan-keterampilan yang memadai untuk memodernisasi teknik pertanian mereka," ucap Juanri melalui pernyataan tertulis kepada VIVA.co.id, Sabtu, 24 Oktober 2015.

Lebih jauh Juanri menyampaikan bahwa meskipun kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah diperlukan untuk mempercepat modernisasi di sektor budidaya perairan di Indonesia, ketersediaan bantuan keuangan dan teknis untuk para petambak ini masih menjadi pekerjaan yang tidak mudah.

"Pembangunan infrastruktur yang tidak merata di daerah menjadi masalah besar berikutnya," ucap Juanri.

Country Manager Ipsos Consulting, Domy Halim menyampaikan jika Petambak yang berada jauh dari pusat perdagangan tradisional Jawa Timur harus mengatasi tantangan logistik yang lebih besar untuk mendistribusikan produk mereka. Masalah ini, lanjut dia paling jelas terlihat di pulau Sulawesi.

"Infrastruktur jalan yang buruk dan pelabuhan laut yang tidak memiliki perlengkapan memadai semakin menyulitkan petambak udang dan pemroses di daerah tersebut," ujar Domy.

Keprihatinan terhadap permasalahan kekurangan infrastruktur juga disuarakan oleh Sekretaris Jenderal Shrimp Club Indonesia (SCI), Andi Tamsil yang menyampaikan bahwa bahkan di Jawa Timur sebagai daerah paling produktif penghasil udang masih mengalami kesulitan pasokan listrik.

Geser Malaysia, Udang Indonesia Merajai Pasar Amerika

Bagi petambak udang disana, pasokan listrik yang bermasalah dari PLN membuat mereka harus mengeluarkan biaya lebih banyak bila harus menggunakan genset. Permasalahan ini tentu saja berdampak buruk pada produksi udang.

"Bila pemerintah ingin meraih target pertumbuhan tinggi produksi udang, maka infrastruktur harus dibenahi dengan serius," kata Andi.

Lebih jauh Domy kembali menjelaskan bahwa Indonesia tertinggal jauh dari negara-negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam. Bahkan dengan mengesampingkan infrastruktur logistik, Indonesia sudah kalah dalam faktor geografis.

Tidak seperti Indonesia yang memiliki pusat budidaya udang yang tersebar di berbagai provinsi yang dipisahkan oleh laut, pusat budidaya udang utama Thailand dan Vietnam, di wilayah Tenggara dan Mekong River Delta berada di provinsi yang bersebelahan yang dapat diakses melalui jalur darat.

"Fakta ini memungkinkan logistik yang lebih efisien dan meyumbang produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia," ucap Domy.

Dua Desa Ini Jadi Daerah Percontohan Tambak Udang
ilustrasi udang

Menikmati Kuliner Udang Goreng Madu

Ada beberapa tempat yang patut direkomendasikan.

img_title
VIVA.co.id
29 Juni 2015