Ketika Bocah SD Jadi Predator Seks

Ilustrasi kekerasan seksual.
Sumber :
  • VIVAnews/Joseph Angkasa
VIVA.co.id
Pelecehan Seksual Terjadi di Perkampungan Atlet Olimpiade
- Kasus pelecehan seksual dengan korban di bawah umur kembali menambah daftar hitam catatan kriminal di Kota Depok. Yang mirisnya lagi, pelaku ternyata juga masih anak-anak.

Siswi Magang Dicabuli di Lantai 6 Kantor Wali Kota

Adalah Z, bocah 10 tahun yang dilaporkan oleh sejumlah warga Sawangan ke polisi. Itu lantaran Z diduga telah melakukan perbuatan tak senonoh terhadap tujuh rekan sebayanya. Ulah cabul bocah berbadan mungil ini diyakini kerap terjadi ketika tengah bermain petak umpet di kebun kosong, tak jauh dari kandang kambing.
Walikota Jakpus Siap Pecat PNS Pelaku Pencabulan Siswi M


Modusnya, Z membuka celana korban yang kemudian menempel kemaluannya ke dubur korban yang seluruhnya adalah bocah laki-laki dengan usia di bawah 10 tahun. Belakangan diketahui, Z ternyata pernah menjadi korban serupa. Ia, mengaku sempat dicabuli oleh IS, teman sekolah waktu kelas 3 SD.


"Dulu saya
digituin
Pak sama IS, celana saya dibuka," ucapnya pada polisi di Mapolresta Depok, Senin 26 Oktober 2015.


Kasus ini terungkap setelah salah satu saksi yang mengetahui hal tersebut melapor ke orangtua korban. Dan hingga berita ini diturunkan, kasus itu masih dalam penyelidikan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (Unit PPA) Polresta Depok. Polisi juga sudah membawa para korban ke rumah sakit untuk dilakukan visum.


"Kami sudah lakukan visum terhadap para korbannya, kasusnya masih kami dalami. Ini harus sangat hati-hati karena baik korban maupun terduga pelaku masih sama-sama di bawah umur," kata Kasat Reskrim Polresta Depok, Komisaris Teguh Nugroho.


Perlu diketahui, berdasarkan catatan Komnas Perlindungan Anak, Depok masih urutan ketiga di Jabodetabek, setelah DKI dan Bekasi dalam kejahatan seksual.


Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait mengatakan, ini terjadi karena tidak seriusnya Pemerintah Kota Depok, dalam hal ini Wali Kota Nur Mahmudi Ismail dan wakilnya Idris Abdul Somad dalam menata mentalitas sosial yang ditunjang pada infrastruktur maupun prasarana yang nyata.

    

"Itu kegagalan Nur Mahmudi. Ini kota layak anak? Ruang terbuka hijau untuk anak di mana? Kebanyakan malah kuliner di mana-mana. Karena dia mencanangkan kota sebagai layak anak, namun nyatanya masih banyak anak-anak jadi korban. Ini adalah bentuk kegagalan wali kota," kata Aris.


Berdasarkan data yang dimilikinya, kasus kejahatan terhadap anak di Depok sebanyak 221 kasus untuk tujuh bulan terakhir ini. Pada 2014 lalu, kasus seperti itu di Depok sebanyak 616 kasus.


"58 Persen di antaranya adalah kejahatan seksual. Dengan angka 221 kasus, Depok masuk dalam kategori darurat, karena kemungkinan angka ini akan terus meningkat. DKI pada 2014 lalu 889 kasus, Bekasi 713 kasus. Dan, Depok pada 2014 menempati urutan ke tiga sebanyak 616 kasus," katanya. Kasus seperti ini, biasanya lanjut Arist, dilakukan oleh orang terdekat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya