Pemerintah Klaim Data Program Sejuta Rumah Terpercaya

Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membantah data realisasi dalam program sejuta rumah adalah data manipulatif. Sebab, publikasi data yang disebarkan pemerintah diklaim tidak pernah asal-asalan.

Rusun Cup, Cara DKI Memanusiakan Mantan Pemukim Ilegal
Hal ini diutarakan, Direktur Jenderal Penyediaan Rumah Kementerian PUPR, Syarif Burhanudin, saat ditemui di Menara Jamsostek, Selasa 27 Oktober 2015.

Menanti Pintu Gerbang Dunia di Kulonprogo
Dia menuturkan, setiap data yang dikeluarkan oleh kementerian adalah data yang betul-betul dapat dipercaya.

Program Satu Juta Rumah Murah Mandek, Ini Alasan Pemerintah
"Setiap data yang dikeluarkan, tidak mungkinlah data yang bersifat fiktif. Dari BTN (Bank Tabungan Negara) saja coba kita lihat, itu realisasinya sudah mencapai 372 ribu unit," ujar Syarif.

Ia menambahkan, dalam program sejuta rumah, pemerintah sudah berhasil merealisasikan sebanyak 513 unit rumah hingga saat ini, melalui bantuan pengembang. Ada pun rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sudah terealisasi lebih dari 300 ribu rumah.

"Kalau untuk MBR saja itu sudah mencapai 300 sekian unit, saya tidak hafal lokasinya di mana saja, tapi ini mulai dari Januari hingga Oktober," kata dia.

Dia menambahkan, pemerintah kerap lebih banyak melakukan pembangunan rumah vertikal, atau rumah susun. Diakuinya, pembangunan masih mayoritas di Pulau Jawa, meskipun  wilayah penyebaran di seluruh Indonesia.

"Memang di Jawa yang lebih banyak, tetapi ini tersebar, dan memang pembangunan vertikal lebih banyak," kata dia.

Seperti diketahui sebelumnya, Direktur Ekskutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit menuding Kementerian PUPR telah mengumumkan data yang tidak realistis.

Dia memandang, berdasarkan kajiannya, jika pertumbuhan ekonomi melambat, lalu diiringi dengan pertumbuhan kredit perumahan yang juga melambat, otomatis pembangunan perumahan akan berkurang.

"Selain pertumbuhn ekonomi yang melambat, coba kita lihat tren pertumbuhan kredit, maka sudah pasti jumlah pembangunan rumah tahun ini lebih sedikit, hendaknya lebih keangka kredit yang dipakai," ujarnya. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya