Jawa Timur Potensial Jadi Basis Pasar Keuangan Syariah

Harga Emas Pada 2013 Diperkirakan Naik 14 %
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
Dana Deklarasi Tax Amnesty Bank Mandiri Sudah Rp70 Miliar
- Potensi untuk mengembangkan keuangan syariah dalam rangka menggenjot pertumbuhan ekonomi dalam negeri masih terbuka lebar di sejumlah wilayah Indonesia. Salah satu potensi terbesar berada di Jawa Timur.

BI Tak Akan Perlonggar Uang Muka Kredit Motor
"Saat ini sekitar 96,76 persen atau 36,65 juta jiwa merupakan pemeluk agama Islam. Namun, dibutuhkan sinergi dari otoritas keuangan terkait, termasuk Bank Indonesia (BI) untuk mengembangkan ekonomi keuangan syariah sebagai solusi pemberdayaan ekonomi masyarakat," kata Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam seminar yang bertajuk "Kebijakan Strategis Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Dalam Akselerasi Ekonomi Syariah" di Hotel JW Marriott Surabaya, Selasa 27 Oktober 2015.

Harapan BI dari Penerapan 7 Days Repo Rate
"Syarat bagi pengembangan ekonomi syariah, adalah adanya kebijakan yang mendorong ekonomi keuangan syariah. Untuk itu, koordinasi antar pemerintah dan lembaga di tingkat pusat dan daerah menjadi sangat penting," kata Perry dalam keynote speechnya.

Perry menuturkan, tantangan terbesar yang dimiliki BI, adalah bagaimana memunculkan awareness masyarakat untuk bisa mengambil bagian dalam kegiatan ekonomi syariah. Karena itu menurut dia, perlu adanya pengembangan model lain dalam pembiayaan syariah.

Meski demikian, Perry mengakui bahwa penetrasi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia masih tergolong rendah. Dimana pada tahun ini, pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia hanya mampu mencapai 4,61 persen.

Belum lagi, kata Perry, ditambah dengan perlambatan ekonomi yang terjadi. Perlambatan ini yang akhirnya mempengaruhi optimalisasi kinerja sektor kuangan syariah. Hal ini tercermin dari dua sektor utama industri keuangan syariah yang dirasa belum optimal.

"Pasar modal meningkat -1,57 persen menjadi 3,09 persen. Perbankan menurun dari 13 persen menjadi 3,09 persen. Selain itu, pertumbuhan aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan pembiayaan perbankan syariah pada semester I-2015 belum optimal dibandingkan pembiayaan semester II-2014," ujarnya. 

Sementara untuk Jawa Timur, Perry memaparkan, aset perbankan syariah pada semester I-2015 hanya mampu tumbuh sebesar 11,56 persen dibandingkan semester II-2014 sebesar 15,65 persen. Pembiayaan perbankan, menurun menjadi 29,01 persen dari sebelumnya yang mencapai 86,23 persen.

Sementara untuk DPK, turun menjadi 11,49 persen dari 18,92 persen. "Pertumbuhan DPK perbankan syariah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan perbankan konvensional. Meski memang, keduanya cenderung mengalami penurunan," ujar Perry.

Dengan berbagai indikator tersebut, Perry mengungkapkan, tantangan untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah masih banyak ditemukan. Karena itu dia berharap, adanya kegiatan ini mampu membawa hasil yang konkret.

Terutama, mampu memanfaatkan sektor keuangan syariah sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi dalam negeri kedepannya. "Kami harapkan kegiatan ini akan membawa hasil yang konkret bagi perkembangan ekonomi syariah Jawa Timur dan Indonesia," lanjut Perry. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya