Pengamat: Rupiah Lanjutkan Pelemahan Hingga 2016

Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA.co.id - DBS Group Research memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpotensi terus melanjutkan pelemahan hingga tahun 2016 mendatang.

Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global

Hal tersebut disebabkan masih berlanjutnya kebijakan quantitative easing yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) dan Jepang.

Ekonom DBS Group Research, Gundy Cahyadi, menjelaskan jika banyak uang yang dicetak dan beredar melalui kebijakan quantitative easing tersebut akan membuat nilainya menjadi tergerus. Akibatnya, dolar masih tetap terus perkasa.
Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November

"Secara teori, kalau begitu banyak uang dicetak, maka nilainya menurun. Secara relatif, nilai mata uang Yen dan Euro melemah terhadap USD," kata Gundy di Hotel Darmawangsa Jakarta, Selasa 27 Oktober 2015.
Wall Street Catat Rekor Anjlok Terlama Sejak Krisis 2008

Menurut dia, kondisi Yen yang melemah memengaruhi mata uang lain di kawasan asia dan sekitarnya termasuk rupiah. Sebab, nilai tukar negara-negara di Asia berada di antara USD dan yen.

"Dampaknya ke Indonesia simpel, USD menguat, yen melemah, mata uang Asia akan bergerak di tengah. Tidak sekuat USD, tapi tidak selemah yen dan euro," ujarnya.

Gundy menyebut, faktor yang menghantui rupiah diramal masih berasal dari perbedaan kebijakan moneter di AS, Eropa, dan Jepang sebagai pemilik tiga mata uang raksasa. Selain itu, kekhawatiran naiknya suku bunga acuan Bank Sentral AS (Fed rate) tidak terlalu berpengaruh signifikan tahun depan.

"Bank Sentral Eropa akan terus cetak uang, beda dengan AS yang akan perketat kebijakan moneter. Jadi walaupun The Fed tunda menaikkan suku bunga sampai tahun depan, karena ini terus terjadi, USD menguat terus ke Yen dan Euro," kata dia. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya