Suku Bunga BI Turun Tak Jamin Investor Masuk Indonesia

Ilustrasi mata uang.
Sumber :
  • ANTARA/Rivan Awal Lingga

VIVA.co.id - Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi berpendapat, meski banyak pihak yang berharap suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) diturunkan, belum tentu bisa memengaruhi investor masuk ke dalam negeri. Pasalnya, hingga saat ini belum ada hal yang menjadi sentimen positif untuk mampu menarik minat investor asing.

Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global

"Apakah kalau suku bunga (BI) diturunkan akan menumbuhkan investasi di Indonesia. Menurut saya itu tidak otomatis bisa terjadi, karena sentimennya masih lemah untuk investasi. Oleh karena itu kalau suku bunga diturunkan reaksi investor tidak akan signifikan," ujarnya saat ditemui di Hotel Darmawangsa, Jakarta, Selasa, 27 Oktober 2015.

Gundy menjelaskan, salah satu penyebab investor asing masih ragu masuk ke Indonesia adalah pergerakan nilai tukar rupiah yang masih sulit diprediksi. Apalagi, sepanjang tahun ini mata uang Garuda tersebut masih belum mampu melawan dolar Amerika Serikat, meskipun belakangan ini sudah mulai menguat.

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November

Menurut dia, di tengah kondisi perekonomian saat ini, lebih baik untuk mempertahankan tingkat suku bunga. Hal tersebut guna mewaspadai gejolak nilai tukar yang mungkin terjadi. Apalagi, ancaman kenaikan suku bunga The Fed masih berlangsung.

"Jadi mempertahankan suku bunga sekarang lebih positif untuk memperbaiki prospek ekonomi 2016. Karena di beberapa bulan terakhir, BI sangat aktif di market jadi kalo ada guncangan ke depan, itu bisa menakutkan lagi," ujarnya menambahkan.

Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau

Devaluasi Yuan

Sementara itu terkait dengan langkah yang diambil oleh pemerintah Tiongkok dalam mendevaluasi mata uangnya bukanlah kepanikan atas melemahnya perekonomian negara tersebut.

Gundy menjelaskan, melemahnya perekonomian China merupakan sebuah proses yang natural karena telah tumbuh cukup tinggi. Jadi, untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi merupakan hal yang sulit. Bahkan, kecenderungan perekonomian China akan terus melambat.

"Walaupun laju pertumbuhan melemah bukan berarti akan crash landing ini suatu yang natural," kata dia.

Menurutnya, devaluasi Yuan merupakan salah satu langkah China untuk mereformasi perekonomiannya. Sedangkan saat ini pemerintah China ingin supaya Yuan berorientasi pasar.

"Salah satu alasan kenapa melakukan devaluasi di Agustus kalau kita ingat mereka mendapatkan patokan nilai tukar tiap hari berdasarkan penutupan di hari sebelumnya."

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya